Senin, 28 Februari 2011

Pengetahuan.... Pengetahuan.... ??

PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo 2003). Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya).
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal.Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan pengamatan yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.
Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi.
Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah pengalaman seseorang tentang keadaan sehat dan sakitnya seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut bertindak untuk mengatasi masalah sakitnya dan bertindak untuk mempertahankan kesehatannya atau bahkan meningkatkan status kesehatannya. Rasa sakit akan menyebabkan seseorang bertindak pasif dan atau aktif dengan tahapan-tahapannya.



Ada 6 (enam) tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatuobjek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih adakaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

Sumber-Sumber Pengetahuan
Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agama, adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya berbentuk norma-norma dan kaidah-kaidah baku yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam norma dan kaidah itu terkandung pengetahuan yang kebenarannya boleh jadi tidak dapat dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik untuk diubah begitu saja. Jadi, harus diikuti dengan tanpa keraguan, dengan percaya secara bulat. Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap (mapan) tetapi subjektif.
Sumber kedua yaitu pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang lain, juga masih diwarnai oleh kepercayaan. Pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orangtua, guru, ulama, orang yang dituakan, dan sebagainya. Apa pun yang mereka katakan benar atau salah, baik atau buruk, dan indah atau jelek, pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik. Karena, kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai orang-orang yang cukup berpengalaman dan berpengetahuan lebih luas dan benar. Boleh jadi sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi persoalannya terletak pada sejauh mana orang-orang itu bisa dipercaya. Lebih dari itu, sejauh mana kesaksian pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan pengalaman yang telah teruji kebenarannya. Jika kesaksiannya adalah kebohongan, hal ini akan membahayakan kehidupan manusia dan masyarakat itu sendiri.
Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi. Bagi manusia, pengalaman indriawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan bisa pula melakukan kegiatan hidup.
Sumber keempat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca indera, akal pikiran memiliki sifat lebih rohani. Karena itu, lingkup kemampuannya melebihi panca indera, yang menembus batas-batas fisis sampai pada hal-hal yang bersifat metafisis. Kalau panca indera hanya mampu menangkap hal-hal yang fisis menurut sisi tertentu, yang satu persatu, dan yang berubah-ubah, maka akal pikiran mampu menangkap hal-hal yang metafisis, spiritual, abstrak, universal, yang seragam dan yang bersifat tetap, tetapi tidak berubah-ubah. Oleh sebab itu, akal pikiran senantiasa bersikap meragukan kebenaran pengetahuan indriawi sebagai pengetahuan semu dan menyesatkan. Singkatnya, akal pikiran cenderung memberikan pengetahuan yang lebih umum, objektif dan pasti, serta yang bersifat tetap, tidak berubah-ubah.
Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling dalam. Jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal pikiran dan kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa melalui sentuhan indera maupun olahan akal pikiran. Ketika dengan serta-merta seseorang memutuskan untuk berbuat atau tidak berbuat dengan tanpa alasan yang jelas, maka ia berada di dalam pengetahuan yang intuitif. Dengan demikian, pengetahuan intuitif ini kebenarannya tidak dapat diuji baik menurut ukuran pengalaman indriawi maupun akal pikiran. Karena itu tidak bisa berlaku umum, hanya berlaku secara personal belaka (Suhartono, 2008).

Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain :
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuanya (Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008).
2. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoadmojo, 1997).
3. Usia
Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun (Singgih, 1998 dalam Hendra AW, 2008). Selain ituAbu Ahmadi, 2001 dalam Hendra AW, 2008 juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
4. Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008).
Dengan adanya zaman yang semakin berubah dan ilmu pengetahuan juga berkembang maka sudah saatnya kita coba menggali kedalam diri kita sendiri lalu berani untuk bertanya apa yang sudah kita berikan pada kehidupan ini dari ilmu pengetahuan yang sudah dipelajari. Apakah benar kita sudah belajar? Ataukah kita sebenarnya dibelajarkan? Proses perjalanan waktu dan usia pada diri manusia akan dapat menjawab pertanyaan tersebut. Tanpa kita sadari apapun yang kita peroleh dari kehidupan ini adalah pengalaman yang berarti jika disadari sepenuhnya. Tetapi kadang kita lupa bahwa apa yang kita peroleh itu kita anggap sebagai usaha sendiri, dalam arti tidak ada campur tangan sesuatu yang lain dari diri ini. Maka manusia dengan ketidaktahuannya atau dengan kesombongannya tidak menelusuri asal usul dan arti ilmu pengetahuan itu sendiri. Akibat dari semua ini kita menjadi korban ketidaktahuan dan kesombongan diri sendiri.
Dalam bahasa Jawa terdapat kata Kawruh dan Ngelmu. Kawruh dalam hal ini dapat diartikan sebagai ilmunya pengetahuan, sedangkan Ngelmu adalah pengetahuannya ilmu. Kedua hal ini saling berkaitan satu sama lain, yang berbeda adalah ciri dan caranya. Tetapi mari kita mencoba bersama menggali ciri dan cara dari proses “adanya” sehingga “menjadi” yang dinamakan Ilmu pengetahuan tadi. Dengan pemikiran yang jernih tanpa adanya penolakan ataupun penerimaan yang dapat menimbulkan selisih pendapat atau persamaan pendapat, kita terlebih dulu menyatukan pikiran dan sikap yang sama bahwa kita saat ini sedang “dibelajarkan“. Dengan kerendahan hati kita siap menerima untuk dibelajarkan yang asalnya adalah dari diri kita sendiri. Jika ada penolakan berarti menolak diri kita sendiri. Jika ada penerimaan maka kita menerima diri kita sendiri. Segala sesuatu biarlah terjadi apa adanya. Wallahualam.
Dalam beberapa tahun belakangan ini kita melihat adanya perubahan yang mendasar dari evolusi kesadaran manusia yaitu mencari indentitas dirinya. Maka dimana-mana muncul berbagai macam cara untuk memperoleh apa yang dinamakan ilmu pengetahuan tentang jati diri dan cara memperolehnya. Orang yang membawa ilmu pengetahuan inipun berbeda dalam ciri dan caranya sehingga muncul juga penafsiran yang berbeda tergantung sejauh mana pengertian yang ia diperoleh. Ilmu pengetahuan adalah pengumpulan pengertian tentang suatu hal yang kita dapat karena “tahu”.
Tahu berarti :
- menyerap perangsang indera
- berkesan, dan
- mengerti kesan itu.
Proses dari menerima perangsang indera bisa kita alami melalui :
- Melihat – indera penglihat.
- Mendengar – indera pendengar.
- Mencium – indera pencium.
- Meraba – indera perasa dan.
- Merasa – indera pengecap.
Jadi untuk mengerti adalah suatu peristiwa pikiran, tetapi dasar dari timbulnya pengertian bisa merupakan :
A. Daya kodrat manusia yaitu :
* mengerti karena memikir
* mengerti karena merasa
B. Daya kegaiban Gusti, yaitu :
* mengerti karena terbuka hati.
Indera adalah penerima perangsang, sedangkan pernyataan adalah karya pikiran dan kehendak. Semua pengumpulan pengertian tentang setiap hal yang ada di dunia ini dan pengertian tersebut merupakan hasil dari tahu , maka itu dinamakan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dibagi menjadi 2 macam :
- Ilmu pengetahuan exacta (nyata)
- Ilmu pengetahuan abstrak (tanpa wujud)
Kedua ilmu pengetahuan ini berasal dari penerapan indera. Semua ilmu pengetahuan baik exacta atau yang abstrak ada jalan untuk mempelajarinya yaitu:
- langsung atau tidak dibutuhkan guru,
- banyak atau sedikit dipergunakan buku,
- dasar pelajaran diletakkan pada kecerdasan otak.
Hasil pelajaran dari ilmu pengetahuan exacta atau nyata yaitu pengertian nyata, sedangkan hasil pelajaran dari ilmu pengetahuan abstrak yaitu pengertian rohani. Pengertian nyata tentang hukum-hukum alam dapat menuntun kita menyingkap rahasia alam misalkan tentang bulan, bintang, matahari, planet, atau air, tumbuhan, dll. Tetapi pengertian rohani tidak mampu menuntun kita untuk mengungkap rahasia rohani atau rahasia ketuhanan. Pengertian rohani sifatnya adalah mati sedangkan rahasia ketuhanan adalah rahasia yang sifatnya hidup atau disebut juga “Daya Hidup”. Mengapa kita katakan bahwa pengertian rohani bersifat mati, artinya ilmu pengetahuan abstrak sebatas pengertian rohani dalam diri kita itu tidak bisa tumbuh dan tidak bisa bertambah dengan sendirinya, selain dari diri kita yang berusaha untuk menambahnya dengan :
- banyak membaca
- menambah pelajaran
- mengadakan diskusi dan lain sebagainya.
Semua hasil dari penambahan pengertian rohani berasal dari pemikiran dan semua karya pikiran ialah ilmu pengetahuan yang sifatnya mati, karena itu untuk mempelajari ilmu pengetahuan dibutuhkan guru dan buku. Mempelajari daya hidup dengan ilmu pengetahuan abstrak berarti kita mempergunakan pengertian yang mati untuk mempelajari daya yang hidup. Dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang nyata, kita juga mempergunakan pengertian yang mati tetapi untuk hal yang sifatnya juga mati, dan merupakan fakta nyata yang bisa diserap, dipikir, dan dikongklusi. Dengan cara berpikir demikian dapat membawa kita maju dalam ilmu pengetahuan yang dipelajari. Dalam mempergunakan pengertian mati untuk mempelajari daya hidup yang tanpa wujud kita tidak menemukan fakta nyata lahiriyah guna bahan pencerapan, perbandingan dan pemikiran. Tiap kongklusi yang diambil dengan kecerdasan otak tentu hanya dikira-kira, dan tidak berdasarkan fakta nyata. Maka sebab itulah pengertian rohani terhadap daya hidup sifatnya adalah mati. Dengan kecerdasan otak saja, kita tidak bisa mempelajari daya hidup apalagi tanpa guru atau tanpa buku. Jika kita melihat ilmu ketuhanan sebagai ilmu pengetahuan berpijak dari percaya akan adanya Tuhan. Seandainya kepercayaan akan adanya Tuhan itu tidak ada, maka ilmu pengetahuan dengan sendirinya tidak ada juga. Maka untuk mempelajari ilmu pengetahuan tentang ketuhanan kita tidak diharuskan untuk percaya bahwa Tuhan itu ada. Misalkan seorang atheis juga bisa mempelajari ilmu pengetahuan ketuhanan karena ilmu pengetahuan seperti yang telah kita bahas sebelumnya berproses dari panca indera sampai pada otak hingga timbul pengertian-pengertian hasil dari ilmu pengetahuan yang kita pelajari.
Demikian sedikit ringkasan dari apa yang kita sebut “Ilmu Pengetahuan“ agar kita juga mengerti dan merobah sejenak pola pikir tentang arti dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Inilah yang disebut dalam bahasa jawa, Kawruh yaitu “Tuman duking weruh” atau penerapan indera dan kecerdasan otak. Setelah kita mengerti tentang Ilmu pengetahuan atau kawruh itu tadi maka kita akan beranjak pada proses yang selanjutnya yang dinamakan Ngelmu atau bisa diartikan Pengetahuannya Ilmu agar mudah diserap oleh panca indera kita. Marilah kita persiapkan diri kita untuk “dibelajarkan” tentang proses dari apa yang disebut Ngelmu itu. Pengetahuannya ilmu disini adalah mengenai apa yang disebut “Daya hidup”. Ngelmu dalam arti suatu cara untuk mendalami ilmu pengetahuan tentang daya hidup. Dari daya hidup inilah adanya tuntunan dan pengertian dimana daya hidup itu sendiri ingin dimengerti dan tetap dibiarkan hidup. Daya hidup yang ingin dimengerti itulah yang akan jadi guru dan buku yang dapat terjamin keabsahannya. Kalau daya yang kita hidupi itu memang bersumber dari daya hidup, sudah selayaknya kalau dapat menghidupi kita dengan pengertian-pengertian tentang kehidupan.
Seperti awalnya mari kita samakan pikiran dan sikap kita untuk “dibelajarkan” tentang cara mendalami ilmu pengetahuan dari daya hidup. Dalam bahasa jawa adalah ngelmu atau bahasa Indonesia umumnya ada istilah menuntut ilmu. Begitu banyak hal yang kita dengar tentang orang yang menuntut ilmu ini dan itu yang pada akhirnya bagaimana manusia itu sendiri berpijak pada apa yang menjadi pilihan dan keyakinannya dan tanggung jawab apa yang telah dia lakukan setelah dia mendapatkan hasil dari ngelmu itu. Apakah manusia itu sendiri menyadari daya hidup yang dipakainya menghasilkan suatu daya kerja yang bermanfaat untuk dirinya? Atau hanya sekedar ikut-ikutan tanpa mengerti terlebih dahulu? kembali lagi pada diri manusianya.
Untuk lebih jelasnya ngelmu adalah cara untuk mendalami pengetahuan tentang daya hidup. Karena daya hidup akan bekerja sesuai dengan fungsinya yang disebut daya kerja yang dihidupkan oleh manusia sendiri. Sumber asalnya dari daya hidup di dalam diri manusia. Ngelmu dibedakan dalam 3 macam menurut daya kerja yang dipakai, yaitu :
- Mengikuti daya kerja : Setan atau roh.
Tujuan : Kepuasan hidup semata.
Umpama : Tenung, Santet, prewangan dll.
- Mengikuti daya kerja : Sukma manusia
Tujuan : Keutamaan hidup.
Umpama : Pencak silat, Sedulur papat lima pancer dll.
- Mengikuti daya kerja : Daya asal.
Tujuan : Kesempurnaan jiwa.
Umpama : – Ilmu kesukmaan
: – Ilmu kamoksaan.
Maka disini kita akan ikuti adalah daya kerja yang bersumber dari daya asal serta tujuannya adalah kesempurnaan jiwa. Seperti seorang anak yang ingin mengerti ilmu pasti, tidak bisa seketika belajar aljabar atau ilmu ukur, tetapi harus mulai dengan sendi hitungan. Demikian pula pandangan rohani kita dalam hidup berngelmu. Pengertian rohani mengada dalam diri kita karena terbukanya hati tehadap kekekalan. Pengertian ini kita terima bertahap sesuai dengan hidup berngelmu yang kita tekadkan. Tidak ada insan yang mampu menerima pengertian tentang kekekalan dengan sekaligus. Karena kemampuan berpikir dan kemampuan merasa manusia itu ada batasnya.
Manusia itu pada dasarnya tidak bisa memikirkan tentang sesuatu yang di dunia ini tidak ada. Maka dengan sendirinya hidup berngelmu tidak akan mempunyai pengertian tentang soal rohani kalau belum di beri karunia pengertian, karena dalam hidup berngelmu tidak dikenal guru dan buku. Selama kita masih menghayati hidup berngelmu maka kita berarti masih ada dalam sendi hitungan rohani. Umpama sebatang pohon tidak akan langsung menjadi besar dan menghasilkan buah, karena segala sesuatu minta waktu untuk pertumbuhannya. Begitu juga dengan manusia yang minta waktu sesuai dengan kedewasaan pikirnya. Dengan cara belajar yang demikian itu, maka sebagian besar dari pengertian rohani yang kita dapatkan tidak berasal dari pemikiran kita tapi dari daya hidup itu sendiri. Karenanya pengertian yang diperoleh dari hidup berngelmu datang dengan sendirinya tanpa adanya usaha pemikiran tidak dinamakan pengertian rohani tapi terang rohani.
Terang rohani berasal dari daya hidup, bukan dari pikiran manusia. Terang rohani ialah pengertian hidup, pengertian yang mampu membimbing semua peminatnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari ilmu pengetahuan didapat pengertian rohani yang sifatnya mati sedangkan dari ngelmu didapat terang rohani yang sifatnya hidup. Karena terang rohani itu hidup, artinya dengan sendirinya akan tumbuh sesuai dengan tekad hidup kita. Untuk mempelajari daya hidup dengan berngelmu kita tidak perlu banyak membaca, mencari pelajaran atau mengadakan diskusi dll, karena daya hidup yang kita ikuti daya kerjaNya ialah tuntunan kita, pelajaran kita, nasehat kita dll. Didalam hidup berngelmu daya hidup yang diikuti daya kerjaNya tidak dimatikan, supaya senantiasa menjadi pengganti guru dan buku yang selama ini kita pelajari, contohnya buku filsafat atau buku tentang pengalaman rohani orang lain. Ngelmu kesempurnaan berpijak dari kenyataan adanya daya gaib didalam kehidupan yang gumelar, tanpa adanya daya gaib ini, maka ngelmu kasempurnaan tidak akan ada. Seorang yang atheis bisa mempelajari ilmu ketuhanan melalui pengetahuan atau kawruh tapi dia tidak bisa mempelajari dengan ngelmu, karena kita akan mengikuti daya kerjaNya. Ngelmu bukan merupakan soal yang dapat dicapai dengan kecerdasan otak, tetapi dengan penyerahan diri total.
Dasar dari ilmu pengetahuan atau kawruh dan ngelmu adalah sama yaitu :
- kebutuhan manusiawi
- keinginan untuk tahu
Sedangkan perbedaannya adalah :
- demi pengetahuan
- demi perlunya
Tetapi dengan berngelmu kita cuma bisa bertujuan demi perlunya. Ilmu filsafat tidak sama dengan ngelmu. Filsafat adalah pikiran yang mendalam tentang jiwa. Ilmu jiwa dan filsafat merup akan pengeterapan indera digolongkan dalam kawruh.

SUMBER :
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan
http://www.membuatblog.web.id/2010/09/arti-pengetahuan-menurut-para-ahli.html

0 komentar:

Posting Komentar