PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari  oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada  deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara  Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah  orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan  ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,  pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan  manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif  merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku  seseorang (Notoatmodjo 2003). Menurut Taufik (2007), pengetahuan  merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek  melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain  sebagainya).
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui  dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal.Pengetahuan muncul ketika  seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian  tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya  ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan  mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan  tersebut.
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi  dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori.  Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan  pengamatan yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan  empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif  bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat,  dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris  juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi  berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin  organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang  manajemen organisasi.
Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui  akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme  lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan  pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam  matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau  pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi.
Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah pengalaman seseorang  tentang keadaan sehat dan sakitnya seseorang yang menyebabkan seseorang  tersebut bertindak untuk mengatasi masalah sakitnya dan bertindak untuk  mempertahankan kesehatannya atau bahkan meningkatkan status  kesehatannya. Rasa sakit akan menyebabkan seseorang bertindak pasif dan  atau aktif dengan tahapan-tahapannya.
Ada 6 (enam) tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yaitu: 
a. Tahu (know) 
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari  sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat  kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang  dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini  merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk  mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain  menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension) 
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara  benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi  tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi  harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,  dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 
c. Aplikasi (application) 
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah  dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di  sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,  rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang  lain. 
d. Analisis (analysis) 
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatuobjek  ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur  organisasi, dan masih adakaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis  ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat  menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan,  dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis) 
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau  menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.  Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun  formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat  menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan  sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation) 
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau  penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini  didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan  kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).
Sumber-Sumber Pengetahuan
Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agama,  adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya  berbentuk norma-norma dan kaidah-kaidah baku yang berlaku di dalam  kehidupan sehari-hari. Di dalam norma dan kaidah itu terkandung  pengetahuan yang kebenarannya boleh jadi tidak dapat dibuktikan secara  rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik untuk diubah begitu saja.  Jadi, harus diikuti dengan tanpa keraguan, dengan percaya secara bulat.  Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap  (mapan) tetapi subjektif. 
Sumber kedua yaitu pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian  orang lain, juga masih diwarnai oleh kepercayaan. Pihak-pihak pemegang  otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orangtua,  guru, ulama, orang yang dituakan, dan sebagainya. Apa pun yang mereka  katakan benar atau salah, baik atau buruk, dan indah atau jelek, pada  umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik. Karena,  kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai orang-orang yang cukup  berpengalaman dan berpengetahuan lebih luas dan benar. Boleh jadi  sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi persoalannya  terletak pada sejauh mana orang-orang itu bisa dipercaya. Lebih dari  itu, sejauh mana kesaksian pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran  dan pengalaman yang telah teruji kebenarannya. Jika kesaksiannya adalah  kebohongan, hal ini akan membahayakan kehidupan manusia dan masyarakat  itu sendiri. 
Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi. Bagi manusia, pengalaman  indriawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari.  Dengan mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit, orang bisa menyaksikan  secara langsung dan bisa pula melakukan kegiatan hidup. 
Sumber keempat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca indera, akal  pikiran memiliki sifat lebih rohani. Karena itu, lingkup kemampuannya  melebihi panca indera, yang menembus batas-batas fisis sampai pada  hal-hal yang bersifat metafisis. Kalau panca indera hanya mampu  menangkap hal-hal yang fisis menurut sisi tertentu, yang satu persatu,  dan yang berubah-ubah, maka akal pikiran mampu menangkap hal-hal yang  metafisis, spiritual, abstrak, universal, yang seragam dan yang bersifat  tetap, tetapi tidak berubah-ubah. Oleh sebab itu, akal pikiran  senantiasa bersikap meragukan kebenaran pengetahuan indriawi sebagai  pengetahuan semu dan menyesatkan. Singkatnya, akal pikiran cenderung  memberikan pengetahuan yang lebih umum, objektif dan pasti, serta yang  bersifat tetap, tidak berubah-ubah. 
Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling  dalam. Jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas  ketinggian akal pikiran dan kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang  bersumber dari intuisi merupakan pengalaman batin yang bersifat  langsung. Artinya, tanpa melalui sentuhan indera maupun olahan akal  pikiran. Ketika dengan serta-merta seseorang memutuskan untuk berbuat  atau tidak berbuat dengan tanpa alasan yang jelas, maka ia berada di  dalam pengetahuan yang intuitif. Dengan demikian, pengetahuan intuitif  ini kebenarannya tidak dapat diuji baik menurut ukuran pengalaman  indriawi maupun akal pikiran. Karena itu tidak bisa berlaku umum, hanya  berlaku secara personal belaka (Suhartono, 2008).
Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang  menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian  atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita  ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo,  2003).
Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain : 
1. Pendidikan 
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang  menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya  semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula  pengetahuanya (Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008). 
2. Pengalaman 
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan  bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu  suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu  pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh  pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman  yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa  lalu (Notoadmojo, 1997). 
3. Usia 
Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya  bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses  perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan  tahun (Singgih, 1998 dalam Hendra AW, 2008). Selain ituAbu Ahmadi, 2001  dalam Hendra AW, 2008 juga mengemukakan bahwa memang daya ingat  seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka  dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh  pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada  umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau  mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. 
4. Informasi 
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun  seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan  informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat  kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Wied  Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008).
Dengan adanya zaman yang semakin berubah dan ilmu pengetahuan juga  berkembang maka sudah saatnya kita coba menggali kedalam diri kita  sendiri lalu berani untuk bertanya apa yang sudah kita berikan pada  kehidupan ini dari ilmu pengetahuan yang sudah dipelajari. Apakah benar  kita sudah belajar? Ataukah kita sebenarnya dibelajarkan? Proses  perjalanan waktu dan usia pada diri manusia akan dapat menjawab  pertanyaan tersebut. Tanpa kita sadari apapun yang kita peroleh dari  kehidupan ini adalah pengalaman yang berarti jika disadari sepenuhnya.  Tetapi kadang kita lupa bahwa apa yang kita peroleh itu kita anggap  sebagai usaha sendiri, dalam arti tidak ada campur tangan sesuatu yang  lain dari diri ini. Maka manusia dengan ketidaktahuannya atau dengan  kesombongannya tidak menelusuri asal usul dan arti ilmu pengetahuan itu  sendiri. Akibat dari semua ini kita menjadi korban ketidaktahuan dan  kesombongan diri sendiri.
Dalam bahasa Jawa terdapat kata Kawruh dan Ngelmu. Kawruh dalam hal ini  dapat diartikan sebagai ilmunya pengetahuan, sedangkan Ngelmu adalah  pengetahuannya ilmu. Kedua hal ini saling berkaitan satu sama lain, yang  berbeda adalah ciri dan caranya. Tetapi mari kita mencoba bersama  menggali ciri dan cara dari proses “adanya” sehingga “menjadi” yang  dinamakan Ilmu pengetahuan tadi. Dengan pemikiran yang jernih tanpa  adanya penolakan ataupun penerimaan yang dapat menimbulkan selisih  pendapat atau persamaan pendapat, kita terlebih dulu menyatukan pikiran  dan sikap yang sama bahwa kita saat ini sedang “dibelajarkan“. Dengan  kerendahan hati kita siap menerima untuk dibelajarkan yang asalnya  adalah dari diri kita sendiri. Jika ada penolakan berarti menolak diri  kita sendiri. Jika ada penerimaan maka kita menerima diri kita sendiri.  Segala sesuatu biarlah terjadi apa adanya. Wallahualam.
Dalam beberapa tahun belakangan ini kita melihat adanya perubahan yang  mendasar dari evolusi kesadaran manusia yaitu mencari indentitas  dirinya. Maka dimana-mana muncul berbagai macam cara untuk memperoleh  apa yang dinamakan ilmu pengetahuan tentang jati diri dan cara  memperolehnya. Orang yang membawa ilmu pengetahuan inipun berbeda dalam  ciri dan caranya sehingga muncul juga penafsiran yang berbeda tergantung  sejauh mana pengertian yang ia diperoleh. Ilmu pengetahuan adalah  pengumpulan pengertian tentang suatu hal yang kita dapat karena “tahu”.
Tahu berarti :
- menyerap perangsang indera
- berkesan, dan
- mengerti kesan itu.
Proses dari menerima perangsang indera bisa kita alami melalui :
- Melihat – indera penglihat.
- Mendengar – indera pendengar.
- Mencium – indera pencium.
- Meraba – indera perasa dan.
- Merasa – indera pengecap.
Jadi untuk mengerti adalah suatu peristiwa pikiran, tetapi dasar dari timbulnya pengertian bisa merupakan :
A. Daya kodrat manusia yaitu :
* mengerti karena memikir
* mengerti karena merasa
B. Daya kegaiban Gusti, yaitu :
* mengerti karena terbuka hati.
Indera adalah penerima perangsang, sedangkan pernyataan adalah karya  pikiran dan kehendak. Semua pengumpulan pengertian tentang setiap hal  yang ada di dunia ini dan pengertian tersebut merupakan hasil dari tahu ,  maka itu dinamakan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dibagi menjadi 2  macam :
- Ilmu pengetahuan exacta (nyata)
- Ilmu pengetahuan abstrak (tanpa wujud)
Kedua ilmu pengetahuan ini berasal dari penerapan indera. Semua ilmu  pengetahuan baik exacta atau yang abstrak ada jalan untuk mempelajarinya  yaitu:
- langsung atau tidak dibutuhkan guru,
- banyak atau sedikit dipergunakan buku,
- dasar pelajaran diletakkan pada kecerdasan otak.
Hasil pelajaran dari ilmu pengetahuan exacta atau nyata yaitu pengertian  nyata, sedangkan hasil pelajaran dari ilmu pengetahuan abstrak yaitu  pengertian rohani. Pengertian nyata tentang hukum-hukum alam dapat  menuntun kita menyingkap rahasia alam misalkan tentang bulan, bintang,  matahari, planet, atau air, tumbuhan, dll. Tetapi pengertian rohani  tidak mampu menuntun kita untuk mengungkap rahasia rohani atau rahasia  ketuhanan. Pengertian rohani sifatnya adalah mati sedangkan rahasia  ketuhanan adalah rahasia yang sifatnya hidup atau disebut juga “Daya  Hidup”. Mengapa kita katakan bahwa pengertian rohani bersifat mati,  artinya ilmu pengetahuan abstrak sebatas pengertian rohani dalam diri  kita itu tidak bisa tumbuh dan tidak bisa bertambah dengan sendirinya,  selain dari diri kita yang berusaha untuk menambahnya dengan :
- banyak membaca
- menambah pelajaran
- mengadakan diskusi dan lain sebagainya.
Semua hasil dari penambahan pengertian rohani berasal dari pemikiran dan  semua karya pikiran ialah ilmu pengetahuan yang sifatnya mati, karena  itu untuk mempelajari ilmu pengetahuan dibutuhkan guru dan buku.  Mempelajari daya hidup dengan ilmu pengetahuan abstrak berarti kita  mempergunakan pengertian yang mati untuk mempelajari daya yang hidup.  Dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang nyata, kita juga mempergunakan  pengertian yang mati tetapi untuk hal yang sifatnya juga mati, dan  merupakan fakta nyata yang bisa diserap, dipikir, dan dikongklusi.  Dengan cara berpikir demikian dapat membawa kita maju dalam ilmu  pengetahuan yang dipelajari. Dalam mempergunakan pengertian mati untuk  mempelajari daya hidup yang tanpa wujud kita tidak menemukan fakta nyata  lahiriyah guna bahan pencerapan, perbandingan dan pemikiran. Tiap  kongklusi yang diambil dengan kecerdasan otak tentu hanya dikira-kira,  dan tidak berdasarkan fakta nyata. Maka sebab itulah pengertian rohani  terhadap daya hidup sifatnya adalah mati. Dengan kecerdasan otak saja,  kita tidak bisa mempelajari daya hidup apalagi tanpa guru atau tanpa  buku. Jika kita melihat ilmu ketuhanan sebagai ilmu pengetahuan berpijak  dari percaya akan adanya Tuhan. Seandainya kepercayaan akan adanya  Tuhan itu tidak ada, maka ilmu pengetahuan dengan sendirinya tidak ada  juga. Maka untuk mempelajari ilmu pengetahuan tentang ketuhanan kita  tidak diharuskan untuk percaya bahwa Tuhan itu ada. Misalkan seorang  atheis juga bisa mempelajari ilmu pengetahuan ketuhanan karena ilmu  pengetahuan seperti yang telah kita bahas sebelumnya berproses dari  panca indera sampai pada otak hingga timbul pengertian-pengertian hasil  dari ilmu pengetahuan yang kita pelajari.
Demikian sedikit ringkasan dari apa yang kita sebut “Ilmu Pengetahuan“  agar kita juga mengerti dan merobah sejenak pola pikir tentang arti dari  ilmu pengetahuan itu sendiri. Inilah yang disebut dalam bahasa jawa,  Kawruh yaitu “Tuman duking weruh” atau penerapan indera dan kecerdasan  otak. Setelah kita mengerti tentang Ilmu pengetahuan atau kawruh itu  tadi maka kita akan beranjak pada proses yang selanjutnya yang dinamakan  Ngelmu atau bisa diartikan Pengetahuannya Ilmu agar mudah diserap oleh  panca indera kita. Marilah kita persiapkan diri kita untuk  “dibelajarkan” tentang proses dari apa yang disebut Ngelmu itu.  Pengetahuannya ilmu disini adalah mengenai apa yang disebut “Daya  hidup”. Ngelmu dalam arti suatu cara untuk mendalami ilmu pengetahuan  tentang daya hidup. Dari daya hidup inilah adanya tuntunan dan  pengertian dimana daya hidup itu sendiri ingin dimengerti dan tetap  dibiarkan hidup. Daya hidup yang ingin dimengerti itulah yang akan jadi  guru dan buku yang dapat terjamin keabsahannya. Kalau daya yang kita  hidupi itu memang bersumber dari daya hidup, sudah selayaknya kalau  dapat menghidupi kita dengan pengertian-pengertian tentang kehidupan.
Seperti awalnya mari kita samakan pikiran dan sikap kita untuk  “dibelajarkan” tentang cara mendalami ilmu pengetahuan dari daya hidup.  Dalam bahasa jawa adalah ngelmu atau bahasa Indonesia umumnya ada  istilah menuntut ilmu. Begitu banyak hal yang kita dengar tentang orang  yang menuntut ilmu ini dan itu yang pada akhirnya bagaimana manusia itu  sendiri berpijak pada apa yang menjadi pilihan dan keyakinannya dan  tanggung jawab apa yang telah dia lakukan setelah dia mendapatkan hasil  dari ngelmu itu. Apakah manusia itu sendiri menyadari daya hidup yang  dipakainya menghasilkan suatu daya kerja yang bermanfaat untuk dirinya?  Atau hanya sekedar ikut-ikutan tanpa mengerti terlebih dahulu? kembali  lagi pada diri manusianya.
Untuk lebih jelasnya ngelmu adalah cara untuk mendalami pengetahuan  tentang daya hidup. Karena daya hidup akan bekerja sesuai dengan  fungsinya yang disebut daya kerja yang dihidupkan oleh manusia sendiri.  Sumber asalnya dari daya hidup di dalam diri manusia. Ngelmu dibedakan  dalam 3 macam menurut daya kerja yang dipakai, yaitu :
- Mengikuti daya kerja : Setan atau roh.
Tujuan : Kepuasan hidup semata.
Umpama : Tenung, Santet, prewangan dll.
- Mengikuti daya kerja : Sukma manusia
Tujuan : Keutamaan hidup.
Umpama : Pencak silat, Sedulur papat lima pancer dll.
- Mengikuti daya kerja : Daya asal.
Tujuan : Kesempurnaan jiwa.
Umpama : – Ilmu kesukmaan
: – Ilmu kamoksaan.
Maka disini kita akan ikuti adalah daya kerja yang bersumber dari daya  asal serta tujuannya adalah kesempurnaan jiwa. Seperti seorang anak yang  ingin mengerti ilmu pasti, tidak bisa seketika belajar aljabar atau  ilmu ukur, tetapi harus mulai dengan sendi hitungan. Demikian pula  pandangan rohani kita dalam hidup berngelmu. Pengertian rohani mengada  dalam diri kita karena terbukanya hati tehadap kekekalan. Pengertian ini  kita terima bertahap sesuai dengan hidup berngelmu yang kita tekadkan.  Tidak ada insan yang mampu menerima pengertian tentang kekekalan dengan  sekaligus. Karena kemampuan berpikir dan kemampuan merasa manusia itu  ada batasnya.
Manusia itu pada dasarnya tidak bisa memikirkan tentang sesuatu yang di  dunia ini tidak ada. Maka dengan sendirinya hidup berngelmu tidak akan  mempunyai pengertian tentang soal rohani kalau belum di beri karunia  pengertian, karena dalam hidup berngelmu tidak dikenal guru dan buku.  Selama kita masih menghayati hidup berngelmu maka kita berarti masih ada  dalam sendi hitungan rohani. Umpama sebatang pohon tidak akan langsung  menjadi besar dan menghasilkan buah, karena segala sesuatu minta waktu  untuk pertumbuhannya. Begitu juga dengan manusia yang minta waktu sesuai  dengan kedewasaan pikirnya. Dengan cara belajar yang demikian itu, maka  sebagian besar dari pengertian rohani yang kita dapatkan tidak berasal  dari pemikiran kita tapi dari daya hidup itu sendiri. Karenanya  pengertian yang diperoleh dari hidup berngelmu datang dengan sendirinya  tanpa adanya usaha pemikiran tidak dinamakan pengertian rohani tapi  terang rohani.
Terang rohani berasal dari daya hidup, bukan dari pikiran manusia.  Terang rohani ialah pengertian hidup, pengertian yang mampu membimbing  semua peminatnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari ilmu pengetahuan  didapat pengertian rohani yang sifatnya mati sedangkan dari ngelmu  didapat terang rohani yang sifatnya hidup. Karena terang rohani itu  hidup, artinya dengan sendirinya akan tumbuh sesuai dengan tekad hidup  kita. Untuk mempelajari daya hidup dengan berngelmu kita tidak perlu  banyak membaca, mencari pelajaran atau mengadakan diskusi dll, karena  daya hidup yang kita ikuti daya kerjaNya ialah tuntunan kita, pelajaran  kita, nasehat kita dll. Didalam hidup berngelmu daya hidup yang diikuti  daya kerjaNya tidak dimatikan, supaya senantiasa menjadi pengganti guru  dan buku yang selama ini kita pelajari, contohnya buku filsafat atau  buku tentang pengalaman rohani orang lain. Ngelmu kesempurnaan berpijak  dari kenyataan adanya daya gaib didalam kehidupan yang gumelar, tanpa  adanya daya gaib ini, maka ngelmu kasempurnaan tidak akan ada. Seorang  yang atheis bisa mempelajari ilmu ketuhanan melalui pengetahuan atau  kawruh tapi dia tidak bisa mempelajari dengan ngelmu, karena kita akan  mengikuti daya kerjaNya. Ngelmu bukan merupakan soal yang dapat dicapai  dengan kecerdasan otak, tetapi dengan penyerahan diri total.
Dasar dari ilmu pengetahuan atau kawruh dan ngelmu adalah sama yaitu :
- kebutuhan manusiawi
- keinginan untuk tahu
Sedangkan perbedaannya adalah :
- demi pengetahuan
- demi perlunya
Tetapi dengan berngelmu kita cuma bisa bertujuan demi perlunya. Ilmu  filsafat tidak sama dengan ngelmu. Filsafat adalah pikiran yang mendalam  tentang jiwa. Ilmu jiwa dan filsafat merup akan pengeterapan indera  digolongkan dalam kawruh.
SUMBER :
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan
http://www.membuatblog.web.id/2010/09/arti-pengetahuan-menurut-para-ahli.html 
 
0 komentar:
Posting Komentar