BUDAYA
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,  yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan  sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam  bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin  Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai  mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan  sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya Kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup  sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong  yang dibudayakan dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi  perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud  sebagai kerja. (Sumber : Drs. Gering Supriyadi,MM dan Drs. Tri Guno, LLM  )
Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM  yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi  berbagai tantangan di masa yang akan datang.
Manfaat dari penerapan Budaya Kerja yang baik :
1. meningkatkan jiwa gotong royong
2. meningkatkan kebersamaan
3. saling terbuka satu sama lain
4. meningkatkan jiwa kekeluargaan
5. meningkatkan rasa kekeluargaan
6. membangun komunikasi yang lebih baik
7. meningkatkan produktivitas kerja
8. tanggap dengan perkembangan dunia luar, dll.
Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu Colere yang  memiliki arti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang  (menurutSoerjanto Poespowardojo 1993). 
Menurut The American Herritage Dictionary mengartikan kebudayaan adalah  sebagai suatu keseluruhan dari pola perilaku yang dikirimkan melalui  kehidupan sosial, seniagama, kelembagaan, dan semua hasil kerja dan  pemikiran manusia dari suatu kelompok manusia.
Menurut Koentjaraningrat budaya adalah keseluruhan sistem gagasan  tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang  dijadikan miliki diri manusia dengan cara belajar.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J.  Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu  yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki  oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah  Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari  satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai  superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan  pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan  struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala  pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu  masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang  kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,  kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang  didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai  kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan  meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,  sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.  Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh  manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda  yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan  hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya  ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan  bermasyarakat.
Unsur-Unsur
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu: 
o alat-alat teknologi
o sistem ekonomi
o keluarga
o kekuasaan politik
2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi: 
o sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota  masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
o organisasi ekonomi
o alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
o organisasi kekuatan (politik)
Wujud dan komponen
Wujud
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
• Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan  ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya  yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud  kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga  masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu  dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam  karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat  tersebut.
• Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari  manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan  sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas  manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul  dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat  tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari,  dan dapat diamati dan didokumentasikan.
• Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,  perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda  atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya  paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang  satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai  contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan  (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Komponen
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
• Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata,  konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan  yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat,  perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup  barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga,  pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
• Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan  dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan  lagu atau tarian tradisional.
Sistem ilmu dan pengetahuan
Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui  manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan  dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan  melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau  percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).
Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi:
• pengetahuan tentang alam
• pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya
• pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia
• pengetahuan tentang ruang dan waktu
Berikut ini definisi-definisi kebudayaan yang dikemukakan beberapa ahli:
1. Edward B. Taylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya  terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt  istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang  sebagai anggota masyarakat.
2. M. Jacobs dan B.J. Stern
Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi sosial,  ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan  warisan sosial.
3. Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya  manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri  manusia dengan relajar.
4. Dr. K. Kupper
Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah  bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun  kelompok.
5. William H. Haviland
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama  oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para  anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di  terima oleh semua masyarakat.
6. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia  terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti  kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran  didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan  kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
7. Francis Merill
• Pola-pola perilaku yang dihasilkan oleh interaksi sosial
• Semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh sesorang sebagai  anggota suatu masyarakat yang ditemukan melalui interaksi simbolis. 
8. Bounded et.al
Kebudayaan adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan transmisi  dari kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya  simbol bahasa sebagai rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan  keyakinan budaya diantara para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan  tentang kebudayaan yang di harapkan dapat di temukan di dalam media,  pemerintahan, intitusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu.
9. Mitchell (Dictionary of Soriblogy)
Kebudayaan adalah sebagian perulangan keseluruhan tindakan atau  aktivitas manusia dan produk yang dihasilkan manusia yang telah  memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar dialihkan secara genetikal.
10. Robert H Lowie
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang diperoleh individu dari  masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic,  kebiasaan makan, keahlian yang di peroleh bukan dari kreatifitasnya  sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang di dapat melalui  pendidikan formal atau informal.
11. Arkeolog R. Seokmono
Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa buah pikiran dan dalam penghidupan.
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama  oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para  anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di  terima oleh semua masyarakat........
Jenis-jenis Kebudayaan
Kebudayaan dapat dibagi menjadi 3 macam dilihat dari keadaan
jenis-jenisnya:
• Hidup-kebatinan manusia, yaitu sesuatu yang menimbulkan tertib  damainya hidup masyarakat dengan adat-istiadatnya,pemerintahan negeri,  agama atau ilmu kebatinan
• Angan-angan manusia, yaitu sesuatu yang dapat menimbulkan keluhuran bahasa, kesusasteraan dan kesusilaan.
• Kepandaian manusia, yaitu sesuatu yang menimbulkan macam-macam  kepandaian tentang perusahaan tanah, perniagaan, kerajinan, pelayaran,  hubungan lalu-lintas, kesenian yang berjenis-jenis; semuanya bersifat  indah (Dewantara; 1994).
Kebudayaan berdasarkan wujudnya
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi
tiga,yaitu:
• Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan  ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya  yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud  kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga  masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu  dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam  karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat  tersebut.
• Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari  manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan  sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas  manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul  dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat  tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari,  dan dapat diamati dan didokumentasikan.
• Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,  perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda  atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya  paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang  satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai  contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan  (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan
atas dua komponen utama:
• Kebudayaan material
Kebudayaan material adalah kebudayaan yang mengacu pada semua ciptaan  masyarakat yang nyata, konkret. Contoh kebudayaan material ini adalah  temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk  tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material  juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion  olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
• Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan  dari generasi ke generasi, misalnya dongeng, cerita rakyat, dan lagu  atau tarian tradisional.
1.2.4 Kebudayaan secara umum dapat dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Kebudayaan Daerah adalah kebudayaan dalam wilayah atau daerah  tertentu yang diwariskan secara turun temurun oleh generasi terdahulu  pada generasi berikutnya pada ruang lingkup daerah tersebut. Budaya  daerah ini muncul saat penduduk suatu daerah telah memiliki pola pikir  dan kehidupan sosial yang sama sehingga itu menjadi suatu kebiasaan yang  membedakan mereka dengan penduduk – penduduk yang lain. Budaya daerah  mulai terlihat berkembang di Indonesia pada zaman kerajaan – kerajaan  terdahulu. Hal itu dapat dilihat dari cara hidup dan interaksi sosial  yang dilakukan masing-masing masyarakat kerajaan di Indonesia yang  berbeda satu sama lain.
Dari pola kegiatan ekonomi kebudayaan daerah dikelompokan beberapa macam yaitu:
• Kebudayaan Pemburu dan Peramu
Kelompok kebudayaan pemburu dan peramu ini pada masa sekarang hampir  tidak ada. Kelompok ini sekarang tinggal di daerah-daerah terpencil  saja.
• Kebudayaan Peternak
Kelompok kebudayaan peternak/kebudayaan berpindah-pindah banyak dijumpai di daerah padang rumput.
• Kebudayaan Peladang
Kelompok kebudayaan peladang ini hidup di daerah hutan rimba. Mereka  menebang pohon-pohon, membakar ranting, daun-daun dan dahan yang  ditebang. Setelah bersih lalu ditanami berbagai macam tanaman pangan.  Setelah dua atua tiga kali ditanami, kemudian ditinggalkan untuk membuka  ladang baru di daerah lain.
• Kebudayaan Nelayan
Kelompok kebudayaan nelayan ini hidup di sepanjang pantai. Desa-desa  nelayan umumnya terdapat di daerah muara sungai atau teluk. Kebudayaan  nelayan ditandai kemampuan teknologi pembuatan kapal, pengetahuan  cara-cara berlayar di laut, pembagian kerja nelayan laut.
• Kebudayaan Petani Pedesaan
Kelompok kebudayaan petani pedesaan ini menduduki bagian terbesar di  dunia. Masyarakat petani ini merupakan kesatuan ekonomi, sosial budaya  dan administratif yang besar. Sikap hidup gotong royong mewarnai  kebudayaan petani pedesaan.
b. Kebudayaan Nasional adalah gabungan dari budaya daerah yang ada di  Negara tersebut. Itu dimaksudkan budaya daerah yang mengalami asimilasi  dan akulturasi dengan dareah lain di suatu Negara akan terus tumbuh dan  berkembang menjadi kebiasaan-kebiasaan dari Negara tersebut. Misalkan  daerah satu dengan yang lain memang berbeda, tetapi jika dapat  menyatukan perbedaan tersebut maka akan terjadi budaya nasional yang  kuat yang bisa berlaku di semua daerah di Negara tersebut walaupun tidak  semuanya dan juga tidak mengesampingkan budaya daerah tersebut.  Contohnya Pancasila sebagai dasar negara, Bahasa Indonesia dan Lagu  Kebangsaan yang dicetuskan dalam Sumpah Pemuda 12 Oktober 1928 yang  diikuti oleh seluruh pemuda berbagai daerah di Indonesia yang  membulatkan tekad untuk menyatukan Indonesia dengan menyamakan pola  pikir bahwa Indonesia memang berbeda budaya tiap daerahnya tetapi tetap  dalam satu kesatuan Indonesia Raya dalam semboyan “bhineka tunggal ika”.
Definisi Kebudayaan Nasional
Kebudayaan Nasional adalah gabungan dari kebudayaan daerah yang ada di Negara tersebut.
Kebudayaan Nasional Indonesia secara hakiki terdiri dari semua budaya  yang terdapat dalam wilayah Republik Indonesia. Tanpa budaya-budaya itu  tak ada Kebudayaan Nasional. Itu tidak berarti Kebudayaan Nasional  sekadar penjumlahan semua budaya lokal di seantero Nusantara. Kebudayan  Nasional merupakan realitas, karena kesatuan nasional merupakan  realitas. Kebudayaan Nasional akan mantap apabila di satu pihak  budaya-budaya Nusantara asli tetap mantap, dan di lain pihak kehidupan  nasional dapat dihayati sebagai bermakna oleh seluruh warga masyarakat  Indonesia (Suseno; 1992).
Kebudayaan nasional Indonesia
Bila dicermati pandangan masyarakat Indonesia tentang kebudayaan Indonesia, ada dua kelompok pandangan.
1.Kelompok pertama yang mengatakan kebudayaan Nasional Indonesia belum  jelas, yang ada baru unsur pendukungnya yaitu kebudayaan etnik dan  kebudayaan asing. Kebudayaan Indonesia itu sendiri sedang dalam proses  pencarian.
2.Kelompok kedua yang mengatakan mengatakan Kebudayaan Nasional  Indonesia sudah ada. pendukung kelompok ketiga ini antara lain adalah  Sastrosupono. Sastrosupono. Sastrosupono. Sastrosupono mencontohkan,  Pancasila, bahasa Indonesia, undang-undang dasar 1945, moderenisasi dan  pembangunan (1982:68-72).
Adanya pandangan yang mengatakan Kebudayaan Nasional Indonesia belum ada atau sedang dalam proses mencari, boleh jadi akibat:
(1) tidak jelasnya konsep kebudayaan yang dianut dan pahami
(2) akibat pemahaman mereka tentang kebudayaan hanya misalnya sebatas  seni, apakah itu seni sastra, tari, drama, musik, patung, lukis dan  sebagainya. Mereka tidak memahami bahwa iptek, juga adalah produk  manusia, dan ini termasuk ke dalam kebudayaan.
Akar Kebudayaan Indonesia 
Akar kebudayaan Indonesia adalah suatu mekanisme yang terbentuk dari  unsur-unsur yang berkaitan dengan zaman prasejarah,jadi ibarat  pohon,pohon tidak dapat tumbuh dan berkembang tanpa adanya akar,demikian  pula dengan kebudayaan pada suatu Negara tidak dapat tumbuh dan  berkembang tanpa adanya akar atau pendahulu yang membentuk kebudayaan  tersebut.
Akar kebudayaan Indonesia berhubungan dengan zaman prasejarah, mulai  dari nenek moyang kita yang membawa kebudayaan Dongson, setelah itu  diikuti oleh perkembangan Islam di Indonesia. Jadi islam juga merupakan  salah satu akar kebudayaan Indonesia.
Berikut ini ringkasan mengenai sejarah nenek moyang bangsa Indonesia  dari tulisan Mochtar Lubis pada tahun 1986 dalam pidato kebudayaannya  yang berjudul “Situasi Akar Budaya Kita”:
Nenek moyang kita adalah bagian dari arus perpindahan manusia yang  bergerak di zaman lampau yang telah hilang sebagai hilangnya bayangan  wayang dari layar sejarah, bergerak dari bagian Timur Eropa Tengah dan  bagian Utara wilayah Balkan sekitar laut Hitam ke arah timur, mencapai  Asia, masuk ke Tiongkok. Dan di Tiongkok arus perpindahan ini  bercabang-cabang ke utara, timur dan selatan.
Arus selatan mencapai daerah Yunan, sedang bagian timur mencapai laut  Indo Cina. Di sinilah tempat lahirnya budaya asal Indonesia.  Manusia-manusia yang berpindah dan bergerak ke Asia dari Eropa Tengah  dan Wilayah Balkan itu adalah orang Tharacia, Iliria, Cimeria, Kakusia,  dan mungkin termasuk orang Teuton, yang memulai perpindahan mereka di  abad ke-9 hingga abad ke-8 sebelum nabi Isa. Mereka membawa keahlian  membuat besi dan perunggu.
Nenek moyang orang Indonesia yang telah berada terlebih dahulu dari  mereka di daerah Dongson ini telah mengembangkan seni monumental tanpa  banyak ornamentik yang dekoratif. Dari pendatang-pendatang baru ini  mereka mengambil alih, menerima, dan mencernakan seni ornamentik  pendatang-pendatang dari barat ini. Tidak saja dalam ornamentik, akan  tetapi juga dalam hiasan tenunan (amat banyak persamaan antara hiasan  tenun Indonesia dan Balkan umpamanya), dan juga dalam musik dan nyayian.  Jaap Kunst, seorang ahli musik, juga ahli musik Indonesia  mengindentifikasikan persamaan nyayian rakyat di pulau Flores dengan  nyanyian rakyat di bagian timur Yugoslavia (Balkan). Kebudayaan Dongson  menunjukkan lebih banyak persamaan dan kaitan dengan budaya Eropa  dibanding budaya Cina.
Nenek moyang Dongson inilah yang bergerak ke selatan, dan kemudian  mencapai Nusantara. Di Nusantara hampir tidak ada perpisahan antara  zaman perunggu dan zaman besi. Hal ini sama juga terjadi di Indo Cina.  Dalam penggalian situs-situs purbakala, perunggu dan besi selalu  ditemukan bersama-sama. Hulu pisau dongson banyak berbentuk manusia,  seperti keris Majapahit. Bentuk hulu pisau yang serupa juga ditemukan di  Holstein (Jerman), Denmark, dan di Kauskasus.
Tetapi, sebelum nenek moyang dari Dongson turun ke Nusantara,  kelompok-kelompok manusia lain telah terlebih dahulu datang. Selama  zaman es terakhir, kurang lebih 15.000 tahun sebelum Masehi, sejarah  bumi Nusantara menunjukkan bahwa sebagian besar Nusantara bagian barat  menyatu dengan daratan Asia Tenggara, Jawa, Sumatera, Kalimantan dan  wilayah yang kini laut Jawa. Ketika es berakhir, permukaan laut naik  kembali, dan terbentuklah gugusan pulau-pulau seperti yang kita kenal  kini. Sejarah bumi Nusantara telah berpengaruh besar pada perkembangan  manusia Melayu-Polinesia. Mereka menjadi bangsa maritim, yang kurang  lebih 1000 tahun sebelum nabi Isa megarungi Samudera Hindia. Manuskrip  tua Hebrew dari masa akhir 2000 dan permulaan 1000 sebelum tahun Nabi  Isa telah menyebut perdagangan kulit manis dari berbagai tempat  sepanjang pantai timur Afrika.
Sebuah naskah Arab dari abad ke 13 menceritakan masuknya orang  Melayu-Polinesia ke belahan barat Samudera Hindia. Naskah itu mengatakan  bahwa di masa mundurnya Kerajaan Fira’un di Mesir, tempat yang bernama  Aden, yang menguasai jalan masuk ke laut Merah (yang masa itu merupakan  tempat penduduk nelayan), telah direbut oleh orang Qumr  (Melayu-Polinesia) yang datang dengan armada yang terdiri dari  perahu-perahu yang memakai cadik. Mereka mengusir penduduk setempat,  membangun berbagai monumen dan memilihara hubungan langsung dengan pulau  Madagaskar dan Asia Tenggara. Para ahli sejarah menyebutkan hal itu  mungkin terjadi di masa Nabi Isa masih hidup. Untuk masa yang cukup lama  orang Melayu-Polinesia menguasai pelayaran dan perdagangan lewat  Samudera Hindia dari Asia Tenggara ke pintu Laut Merah, sepanjang pantai  timur Afrika dan Pulau Madagaskar.
Dalam melakukan ini, mereka juga telah membawa berbagai kekayaan budaya  ke Madagaskar dan Afrika. Di Madagaskar mereka telah menetap di belahan  barat pulau itu. Hingga kini masih terlihat berbagai persamaan kata  antara bahasa Madagaskar dan bahasa suku Manyaan di Kalimantan. Ke  timur, nenek moyang Melayu-Polinesia ini berlayar jauh ke pedalaman  pasifik, menetap di berbagai kepulauan, dan mereka paling ke timur  mencapai Easter Island, pulau terjauh ke timur dari Nusantara.
Jelaslah bahwa budaya bangsa kita berakar jauh ke zaman prasejarah, ke  masa silam yang begitu jauhnya, hingga telah lenyap dari ingatan bangsa  kita. Jelas pula bahwa kita telah mewarisi budaya dunia yang ada di masa  itu, di samping nenek moyang kita telah memberi pula sumbangan pada  budaya-budaya bangsa lain di seberang Samudera Hindia, serta menciptakan  berbagai budaya di Madagaskar, dan di kepulauan-kepulauan Samudera  Pasifik.
Mengingat ini kembali, apakah kita kini, sebagai pewaris langsung dari  mereka, harus merasa gentar menghadapi abad ke 21 dan seterusnya?  Seharusnya tidak! Kita harus berani memeriksa diri secara cermat. Apa  kekurangan-kekurangan kita kini, hingga kita tidak memiliki kemampuan,  keberanian dan daya cipta untuk berbuat yang besar-besar bagi bangsa  kita dan umat manusia hari ini?
Proses melalui zaman Mesolitik mencapai zaman Neolitik mungkin terjadi  kurang lebih 3500-2500 tahun sebelum Nabi Isa. Ketika itu mereka mulai  tinggal bersama dalam komunitas-komunitas kecil dan mulai mengembangkan  pertanian dan sistem pengairan. Di zaman ini berkembang akar budaya  musyawarah Indonesia, karena di kala itu belum ada kepala dan raja, dan  semuanya masih dimusyawarahkan oleh semua anggota komunitas, dipimpin  oleh orang-orang yang lebih tua. Wanita ikut bermusyawarah, dan  anak-anak boleh hadir dan ikut mendengar. Di suku Sakudei di pulau  Mentawai, seorang peneliti Swiss melaporkan bahwa dia masih menemukan  tradisi musyawarah yang lama itu.
Akar budaya kita juga tumbuh dalam kepercayaan bahwa segala yang ada di  bumi memiliki ”ruh-ruh” sendiri. Ruh manusia adalah saudaranya, yang  dapat melepaskan diri dari dalam badan seseorang, dan ruh itu dapat  mengalami bencana dalam petualangannya di luar tubuh kita, yang dapat  mengakibatkan yang punya tubuh jatuh sakit atau mati. Manusia harus  berbaik-baik dalam hubungannya dengan dunia roh ini.
Selanjutnya nenek moyang kita di masa Megalitik itu memiliki konsep  hubungan dan pertentangan antara dunia atas dan dunia bawah. Dalam  upacara-upacara khusus, mereka membangun megalith-megalith dengan tujuan  melindungi ruh dari bahaya-bahaya yang datang dari dunia bawah, untuk  menjadi penghubung antara yang hidup dan yang telah mati, dan untuk  mengabadikan kekuatan-kekuatan magis mereka yang membangun  megalith-megalith tersebut, atau untuk siapa batu-batu itu dibangun.  Megalith-megalith dibangun untuk memperkuat kesuburan manusia, ternak  dan apa yang mereka tanam, dan dengan demikian memperbesar kekayaan  generasi-generasi yang akan datang.
Kebudayaan Megalitik ini kemudian dimasuki oleh budaya Dongson yang  membawa teknologi perunggu dan besi, dan memberikan nafas dan kekuatan  serta daya cipta baru pada kelompok-kelompok budaya di Nusantara.  Diperkirakan pula bahwa budaya Dongson membawa teknologi bertanam padi  di sawah. Teknologi padi sawah mendorong komunitas-komunitas kecil untuk  lebih berintegrasi mengembangkan dan memilihara sistem pengairan,  koordinasi bertanam serempak pada waktu yang sama. Dalam proses sejarah,  teknologi padi sawah ini telah mendorong proses integrasi  masyarakat-masyarakat desa Indonesia yang hingga kini tumpuan kehidupan  terbesar bangsa kita. Ia juga erat hubungannya dengan irama iklim,  datang musim kering dan musim hujan, yang mempengaruhi pola kehidupan di  Indonesia. Musim panen merupakan musim perkawinan umpamanya.
Pemujaan nenek moyang merupakan salah satu akar budaya bangsa Indonesia.  Pandangan kosmik mengenai kontradiksi antara dunia bawah dan dunia atas  tercermin dalam organisasi sosial berbagai suku bangsa kita; garis ibu  dan garis ayah, hubungann dasar antara dua suku yang saling mengambil  laki-laki dan perempuan dari dua suku untuk perkawinan, membuat tiada  satu suku lebih tinggi kedudukannya dari yang lain. Setiap suku  bergantian menduduki tempat yang superior dan tempat di bawah. Struktur  tradisi kesukuan ini merupakan sebuah mekanisme ke arah demokrasi, yang  seandainya kita pandai mengembangkannya dapat merupakan kekuatan untuk  tradisi demokrasi bangsa kita.
Datangnya agama Budha, Hindu dan Islam, bangkitnya feodalisme, lalu  datang orang Eropa membawa penindasan penjajah, dan agama Nasrani, lalu  lewat pendidikan Barat masuk pula ilmu pengetahuan modern dan tekonologi  modern telah mendorong berbagai proses kemasyarakatan, politik,  ekonomi, dan budaya, yang akhirnya membawa manusia Indonesia pada  keadaan hari ini.
Akar budaya lama jadi layu dan terlupakan, meskipun ada diantaranya  tanpa kita sadari masih berada terlena di bawah sadar kita. Bangkitnya  feodalisme di Indonesia dengan lahirnya berbagai kerajaan besar dan  kecil telah mengubah hubungan antara kekuasaan dan manusia atau anggota  masyarakat. Penjajahan Belanda menggunakan sistem menguasai dan  memerintah melalui kelas bangsawan atau feodal lama Indonesia telah  meneruskan tradisi feodal berlangsung terus dalam masyarakat kita.  Malahan setelah Indonesia merdeka, hubungan-hubungan diwarnai  nilai-nilai feodalisme masih berlangsung terus, hingga sering kita  mengatakan bahwa kita kini menghadapi neo-feodalisme dalam bentuk-bentuk  baru.
Semua pendidikan modern, falsafah Barat dan Timur, ideologi-ideologi  yang datang dari Barat mengenai manusia dan masyarakat. Agama Islam dan  Nasrani yang jadi lapis terakhir di atas kepercayaan-kepercayaan lama  dan nilai-nilai akar budaya kita, oleh daya sinkritisme manusia  Indonesia, semuanya diterima dalam dirinya tanpa banyak konflik dalam  jiwa dan diri kita.
Sesuatu terjadi dalam diri kita, hingga secara budaya tidak mampu  memisahkan yang satu dari yang lain: mana yang takhyul, mana yang  ilmiah, mana yang bayangan, mana yang kenyataan, mana yang mimpi dan  mana dunia nyata. Malahan banyak orang kini membuat ilmu dan teknologi  jadi takhyul dalam arti, orang percaya bahwa ilmu dan teknologi dapat  menyelesaikan semua masalah manusia di dunia. Dan ada yang berbuat  sebaliknya.
Kita jadi tidak tajam lagi membedakan mana yang batil dan mana yang  halal. Karena itu beramai-ramai dan penuh kebahagiaan kita melakukan  korupsi besar-besaran, dan tidak merasa bersalah sama sekali (Lubis,  dalam ”Pembebasan Budaya-Budaya Kita; 1999).
Kebudayaan Barat di Indonesia 
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini kebudayaan barat yang masuk  ke Indonesia semakin berkembang pesat. Hal ini dapat kita lihat dari  semakin banyaknya rakyat Indonesia yang bergaya hidup kebarat-baratan  seperti mabuk-mabukkan,clubbing,memakai pakaian mini,bahkan berciuman di  tempat umum seperti sudah lumrah di Indonesia. Proses akulturasi di  Indonesia tampaknya beralir secara simpang siur, dipercepat oleh  usul-usul radikal, dihambat oleh aliran kolot, tersesat dalam  ideologi-ideologi, tetapi pada dasarnya dilihat arah induk yang lurus:  ”the things of humanity all humanity enjoys”. Terdapatlah arus pokok  yang dengan spontan menerima unsur-unsur kebudayaan internasional yang  jelas menguntungkan secara positif. Proses filtrasi perlu dilakukan  sedini mungkin supaya kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia tidak  akan merusak identitas kebudayaan nasional bangsa kita. Tetapi bukan  berarti kita harus menutup pintu akses bangsa barat yang ingin masuk ke  Indonesia, karena tidak semua kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia  berpengaruh negatif, tetapi juga ada yang memberi pengaruh positif  seperti memajukan perkembangan IPTEK di Indonesia. Prioritas yang perlu  kita lakukan terhadap kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia adalah  kita harus lebih selektif kepada kebudayaan barat.
Frans Magnis Suseno dalam bukunya ”Filsafat Kebudayan Politik”, membedakan tiga macam Kebudayaan Barat Modern:
a. Kebudayaan Teknologis Modern 
Kebudayaan Tekonologis Modern merupakan sesuatu yang kompleks.  Penyataan-penyataan simplistik, begitu pula penilaian-penilaian hitam  putih hanya akan menunjukkan kekurangcanggihan pikiran. Kebudayaan itu  kelihatan bukan hanya dalam sains dan teknologi, melainkan dalam  kedudukan dominan yang diambil oleh hasil-hasil sains dan teknologi  dalam hidup masyarakat: media komunikasi, sarana mobilitas fisik dan  angkutan, segala macam peralatan rumah tangga serta persenjataan modern.  Hampir semua produk kebutuhan hidup sehari-hari sudah melibatkan  teknologi modern dalam pembuatannya.
Kebudayaan Teknologis Modern itu kontradiktif. Dalam arti tertentu dia  bebas nilai, netral. Bisa dipakai atau tidak. Pemakaiannya tidak  mempunyai implikasi ideologis atau keagamaan. Seorang Sekularis dan  Ateis, Kristen Liberal, Budhis, Islam Modernis atau Islam Fundamentalis,  bahkan segala macam aliran New Age dan para normal dapat dan mau  memakainya, tanpa mengkompromikan keyakinan atau kepercayaan mereka  masing-masing. Kebudayaan Teknologis Modern secara mencolok bersifat  instumental.
b. Kebudayaan Modern Tiruan
Kebudayaan Modern Tiruan terwujud dalam lingkungan yang tampaknya  mencerminkan kegemerlapan teknologi tinggi dan kemodernan, tetapi  sebenarnya hanya mencakup pemilikan simbol-simbol lahiriah saja,  misalnya kebudayaan lapangan terbang internasional, kebudayaan  supermarket (mall), dan kebudayaan Kentucky Fried Chicken (KFC).
Di lapangan terbang internasional orang dikelilingi oleh hasil teknologi  tinggi, ia bergerak dalam dunia buatan: tangga berjalan, duty free shop  dengan tawaran hal-hal yang kelihatan mentereng dan modern, meskipun  sebenarnya tidak dibutuhkan, suasana non-real kabin pesawat terbang;  semuanya artifisial, semuanya di seluruh dunia sama, tak ada hubungan  batin.
Kebudayaan Modern Tiruan hidup dari ilusi, bahwa asal orang bersentuhan  dengan hasil-hasil teknologi modern, ia menjadi manusia modern. Padahal  dunia artifisial itu tidak menyumbangkan sesuatu apapun terhadap  identitas kita. Identitas kita malahan semakin kosong karena kita  semakin membiarkan diri dikemudikan. Selera kita, kelakuan kita, pilihan  pakaian, rasa kagum dan penilaian kita semakin dimanipulasi, semakin  kita tidak memiliki diri sendiri. Itulah sebabnya kebudayaan ini tidak  nyata, melainkan tiruan, blasteran.
Anak Kebudayaan Modern Tiruan ini adalah Konsumerisme: orang ketagihan  membeli, bukan karena ia membutuhkan, atau ingin menikmati apa yang  dibeli, melainkan demi membelinya sendiri. Kebudayaan Modern Blateran  ini, bahkan membuat kita kehilangan kemampuan untuk menikmati sesuatu  dengan sungguh-sungguh. Konsumerisme berarti kita ingin memiliki  sesuatu, akan tetapi kita semakin tidak mampu lagi menikmatinya. Orang  makan di KFC bukan karena ayam di situ lebih enak rasanya, melainkan  karena fast food dianggap gayanya manusia yang trendy, dan trendy adalah  modern.
c. Kebudayaan-kebudayaan Barat
Kita keliru apabila budaya blastern kita samakan dengan Kebudayaan Barat  Modern. Kebudayaan Blastern itu memang produk Kebudayaan Barat, tetapi  bukan hatinya, bukan pusatnya dan bukan kunci vitalitasnya. Ia mengancam  Kebudayaan Barat, seperti ia mengancam identitas kebudayaan lain, akan  tetapi ia belum mencaploknya. Italia, Perancis, spayol, Jerman, bahkan  barangkali juga Amerika Serikat masih mempertahankan kebudayaan khas  mereka masing-masing. Meskipun di mana-mana orang minum Coca Cola,  kebudayaan itu belum menjadi Kebudayaan Coca Cola.
Orang yang sekadar tersenggol sedikit dengan kebudayaan Barat palsu itu,  dengan demikian belum mesti menjadi orang modern. Ia juga belum akan  mengerti bagaimana orang Barat menilai, apa cita-citanya tentang  pergaulan, apa selera estetik dan cita rasanya, apakah  keyakinan-keyakinan moral dan religiusnya, apakah paham tanggung  jawabnya (Suseno; 1992).
Dampak Kebudayaan Barat di Indonesia
Dampak kebudayaan barat di Indonesia dicerminkan dalam wujud globalisasi  dan modernisasi yang dapat membawa dampak positif dan dampak negatif  bagi bangsa kita.
Dampak Positif
a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran  nilai dan sikap masyarakat yang semua irasional menjadi rasional.
b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi  lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.
c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan  transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi  penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Dampak Negatif
Dampak negatif modernisasi dan globalisasi adalah sebagai berikut.
a. Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan  masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk  mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.
b. Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa  tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka  lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.
c. Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya  negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat  kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
d. Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu  yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan  memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang  stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial. Kesenjangan social  menyebabkan adanya jarak antara si kaya dan si miskin sehingga sangat  mungkin bias merusak kebhinekaan dan ketunggalikaan Bangsa Indonesia.
Situasi Budaya di Indonesia
Situasi Budaya Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Pasalnya,  semakin banyak kebudayaan Indonesia yang diklaim oleh Negara tetangga  kita sendiri yaitu Malasyia. Seperti tari reog ponorogo, dan yang baru  akhir-akhir ini terjadi yaitu tari pendet yang diklaim juga oleh  Malaysia. Hak paten atas kebudayaan dalam hal ini sangat berperan  penting. Pemerintah baru menyadari akan perlunya hak paten tersebut  setelah adanya klaim-mengklaim Malaysia terhadap Kebudayaan Indonesia.  Menurut saya stabilitas situasi budaya di Indonesia dapat terwujud  dengan cara mempublikasikan kebudayaan kita kepada bangsa luar, dengan  demikian secara tidak langsung menghak-patenkan kebudayaan kita. Selain  itu proses akulturasi yang negatif dapat mempengaruhi situasi budaya di  Indonesia semakin memprihatinkan.
Sajiman Surjohadiprojo dalam pidato kebudayaannya di tahun 1986  menyampaikan tentang persoalah kita hari ini, yaitu kurang kuatnya  kemampuan mengeluarkan energi pada manusia Indonesia. Hal ini  mengakibatkan kurang adanya daya tindak atau kemampuan berbuat. Rencana  konsep yang baik, hasil dari otak cerdas, tinggal dan rencana dan konsep  belaka karena kurang mampu untuk merealisasikannya. Akibat lainnya  adalah pada disiplin dan pengendalikan diri. Lemahnya disiplin bukan  karena kurang kesadaran terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku,  melainkan karena kurang mampu untuk membawakan diri masing-masing  menetapi peraturan dan ketentuan yang berlaku. Kurangnya kemampuan  mnegeluarkan energi juga berakibat pada besarnya ketergantungan pada  orang lain. Kemandirian sukar ditemukan dan mempunyai dampak dalam  segala aspek kehidupan termasuk kepemimpinan dan tanggung jawab.
Menurut beliau kelemahan ini merupakan Kelemahan Kebudayaan. Artinya,  perbaikan dari keadaan lemah itu hanya dapat dicapai melalui pendekatan  budaya. Pemecahannya harus melalui pendidikan dalam arti luas dan Nation  and Character Building (Surjohadiprodjo, dalam ”Pembebasan  Budaya-Budaya Kita; 1999).
Mochtar Lubis juga dalam kesempatan yang sama saat Temu Budaya tahun  1986, menyampaikan bahwa kondisi budaya kita hari ini ditandai secara  dominan oleh ciri:
• Kontradiksi gawat antara asumsi dan pretensi moral budaya Pancasila dengan kenyataan
• Kemunafikan
• Lemahnya kreativitas
• Etos kerja yang lemah
• Neo-Feodalisme
• Budaya malu telah sirna ( Lubis, 1999).
• Tantangan-tantangan kebudayaan di Indonesia
• 1. Kebudayaan Modern Tiruan
• Tantangan yang sungguh-sungguh mengancam kita adalah Kebudayaan Modern  Tiruan. Dia mengancam justru karena tidak sejati, tidak substansial.  Yang ditawarkan adalah semu. Kebudayaan itu membuat kita menjadi manusia  plastik, manusia tanpa kepribadian, manusia terasing, manusia kosong,  manusia latah.
• Kebudayaan Blasteran Modern bagaikan drakula: ia mentereng, mempunyai  daya tarik luar biasa, ia lama kelamaan meyedot pandangan asli kita  tentang nilai, tentang dasar harga diri, tentang status. Ia menawarkan  kemewahan-kemewahan yang dulu bahkan tidak dapat kita impikan. Ia  menjanjikan kepenuhan hidup, kemantapan diri, asal kita mau berhenti  berpikir sendiri, berhenti membuat kita kehilangan penilaian kita  sendiri. Akhirnya kita kehabisan darah , kehabisan identitas. Kebudayaan  modern tiruan membuat kita lepas dari kebudayaan tradisional kita  sendiri, sekaligus juga tidak menyentuh kebudayaan teknologis modern  sungguhan (Suseno;1992)
• 2. Bagaimana Memberi Makan, Sandang, dan Rumah
• Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa, budaya adalah perjuangan manusia  dalam mengatasi masalah alam dan zaman. Permasalahan yang paling  mendasar bagi manusia adalah masalah makan, pakaian dan perumahan.  Ketika orang kekurangan gizi bagaimana ia akan mendapat orang yang  cerdas. Ketika kebutuhan pokok saja tidak terpenuhi bagaimana orang akan  berpikir maju dan menciptakan teknologi yang hebat. Jangankan untuk  itu, permasalahan pemenuhan kebutuhan kita sangat mempengaruhi pola  hubungan di antara manusia. Orang rela mencuri bahkan membunuh agar ia  bisa makan sesuap nasi. Sehingga, kelalaian dalam hal ini bukan hanya  berdampak pada kemiskinan, kelaparan, kematian, akan tetapi akan  berpengaruh dalam tatanan budaya-sosial masyarakat.
• 3. Masalah Pendidikan yang Tepat
• Pendidikan masih menjadi permasalahan yang menjadi perhatian serius  jika bangsa ini ingin dipandang dalam percaturan dunia. Ada fenomena  yang menarik terkait dengan hal ini, yaitu mengenai kolaborasi  kebudayaan dengan pendidikan, dalam artian bagaimana sistem pendidikan  yang ada mengintrinsikkan kebudayaan di dalamnya. Dimana ada suatu  kebudayaan yang menjadi spirit dari sistem pendidikan yang kita  terapkan.
• 4. Mengejar Kemajuan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
• Problem ini beranjak ketika kita sampai saat ini masih menjadi  konsumen atas produk-produk teknologi dari negara luar. Situasi  keilmiahan kita belum berkembang dengan baik dan belum didukung oleh  iklim yang kondusif bagi para ilmuan untuk melakukan penelitian dan  penciptaan produk-produk, teknologi baru. Jika kita tetap mengandalkan  impor produk dari luar negeri, maka kita akan terus terbelakang. Oleh  karena itu, hal ini tantangan bagi kita untuk mengejar ketertinggalan  iptek dari negara-negara maju.
• 5. Kondisi Alam Global
• Salah satu dampak pemanasan global adalah meningkatnya suhu permukaan  bumi sepanjang lima tahun mendatang. Hal itu akan mengakibatkan gunung  es di Amerika Latin mencair. Dampak lanjutannya adalah kegagalan panen,  yang hingga tahun 2050 mengakibatkan 130 juta penduduk dunia, terutama  di Asia, kelaparan. Pertanian gandum di Afrika juga akan mengalami hal  yang sama.
• Dampak pemanasan global juga dapat berupa meningkatnya permukaan laut,  lenyapnya beberapa spesies dan bencana nasional yang makin meningkat.  Disebutkan, 30% garis pantai di dunia akan lenyap pada 2080. Lapisan es  di kutub mencair hingga terjadi aliran air di kutub utara. Hal itu akan  mengakibatkan terusan Panama terbenam.
• Naiknya suhu memicu topan yang lebih dasyat hingga mempengaruhi  wilayah pantai yang selama ini aman dari gangguan badai. Banyak tempat  yang kini kering makin kering, sebaliknya berbagai tempat basah akan  semakin basah. Kesenjangan distribusi air secara alami ini akan  berpotensi meningkatkan ketegangan dalam pemanfaaatan air untuk  kepentingan industri, pertanian dan penduduk.
• Asia menjadi bagian dari bumi yang akan paling parah. Perubahan iklim  yang tak terdeteksi akan menjadi bencana lingkungan dan ekonomi, dan  buntutnya adalah tragedi kemanusiaan.
SUMBER :
http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-budaya-kerja-dan-tujuan-manfaat-penerapannya-pada-lingkungan-sekitar
http://dahlanforum.wordpress.com/2009/10/11/kebudayaan-nasional/
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
http://afand.abatasa.com/post/detail/6923/definisi-kebudayaan-menurut-para-ahli
Senin, 28 Februari 2011
Apakah yang dimaksud dengan ilmu.. ??
ILMU...
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Definisi ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam suatu golongan masalah yang sama sifatnya, baik menurut kedudukannya (apabila dilihat dari luar), maupun menurut hubungannya (jika dilihat dari dalam).
Definisi ilmu bergantung pada cara kerja indera-indera masing-masing individu dalam menyerap pengetahuan dan juga cara berpikir setiap individu dalam memroses pengetahuan yang diperolehnya. Selain itu juga, definisi ilmu bisa berlandaskan aktivitas yang dilakukan ilmu itu sendiri. Kita dapat melihat hal itu melalui metode yang digunakannya.
Konsep ilmu sudah banyak digagas oleh para ilmuwan, baik ilmuwan yang hidup pada zaman dahulu maupun ilmuwan yang hidup pada masa sekarang.
Ilmuwan Indonesia pun tidak ketinggalan, mereka telah menyumbangkan konsep ilmu bagi khazanah intelektual di negeri ini khususnya dan di dunia umumnya.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Contoh: Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (materiil saja) atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika membatasi lingkup pandangannya ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang kongkrit. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jauhnya matahari dari bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi sesuai untuk menjadi perawat.
Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan lain sebagainya.
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
Sifat-sifat ilmu
Dari definisi yang diungkapkan Mohammad Hatta dan Harjono di atas, kita dapat melihat bahwa sifat-sifat ilmu merupakan kumpulan pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu yang...
1. Berdiri secara satu kesatuan,
2. Tersusun secara sistematis,
3. Ada dasar pembenarannya (ada penjelasan yang dapat dipertanggung jawabkan disertai sebab-sebabnya yang meliputi fakta dan data),
4. Mendapat legalitas bahwa ilmu tersebut hasil pengkajian atau riset.
5. Communicable, ilmu dapat ditransfer kepada orang lain sehingga dapat dimengerti dan dipahami maknanya.
6. Universal, ilmu tidak terbatas ruang dan waktu sehingga dapat berlaku di mana saja dan kapan saja di seluruh alam semesta ini.
7. Berkembang, ilmu sebaiknya mampu mendorong pengetahuan-pengatahuan dan penemuan-penemuan baru. Sehingga, manusia mampu menciptakan pemikiran-pemikiran yang lebih berkembang dari sebelumnya.
Dari penjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa tidak semua pengetahuan dikategorikan ilmu. Sebab, definisi pengetahuan itu sendiri sebagai berikut: Segala sesuatu yang datang sebagai hasil dari aktivitas panca indera untuk mengetahui, yaitu terungkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya, sedangkan ilmu menghendaki lebih jauh, luas, dan dalam dari pengetahuan.
Pada hakekatnya, manusia memiliki keingintahuan pada setiap hal yang ada maupun yang sedang terjadi di sekitarnya. Sebab, banyak sekali sisi-sisi kehidupan yang menjadi pertanyaan dalam dirinya. Oleh sebab itulah, timbul pengetahuan (yang suatu saat) setelah melalui beberapa proses beranjak menjadi ilmu.
Manusia diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan sempurna, yaitu dilengkapi dengan seperangkat akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran inilah, manusia mendapatkan ilmu, seperti ilmu pengetahuan sosial, ilmu pertanian, ilmu pendidikan, ilmu kesehatan, dan lain-lain. Akal dan pikiran memroses setiap pengetahuan yang diserap oleh indera-indera yang dimiliki manusia.
Pengetahuan kaidah berpikir atau logika merupakan sarana untuk memperoleh, memelihara, dan meningkatkan ilmu. Jadi, ilmu tidak hanya diam di satu tempat atau di satu keadaan. Ilmu pun dapat berkembang sesuai dengan perkembangan cara berpikir manusia.
CIRI UTAMA ILMU:
• Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur, dan dibuktikan. Berbeda dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas keyakinan kepada yang gaib dan penghayatan serta pengalaman pribadi
• Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke obyek [atau alam obyek] yang sama dan saling berkaitan secara logis. Karena itu, koherensi sistematik adalajh hakikat ilmu. Prinsip-prinsip obyek dan hubungan-hubungannya yang tercermin dalam kaitan-kaiatan logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip metafisis obyek menyingkapkan dirinya sendiri kepada kita dalam prosedur ilmu secara lamban, didasarkan pada sifat khusus intelek kita yang tidak dapat dicarikan oleh visi ruhani terhadap realitas tetapi oleh berpikir
• Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapan
• Ciri hakiki lainnya dari ilmu ialah metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan ide yang terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu menuntut pengamatan dan berpikir metodis, tertata rapi. Alat Bantu metodologis yang penting adalah terminology ilmiah. Yang disebut belakangan ini mencoba konsep-konsep ilmu.
DIFINISI ILMU MENURUT PARA AHLI
• Mohammad Hatta, mendifinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kdudukannya tampak dari luar, amupun menurut hubungannya dari dalam
• Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya serentak
• Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah sederhana
• Ashely Montagu, Guru Besar Antropolo di Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disususn dalam satu system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menetukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
• Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran, menerangkan bahwa ilmu adalah:
Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan
-------Suatu pendekatan atau mmetode pendekatan terhadap seluruh dunia empirisyaitu dunia yang terikat oleh factor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera manusia
-------Suatu cara menganlisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: “jika,….maka…”
• Afanasyef, seorang pemikir Marxist bangsa Rusia mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan hukum-hukum, yang ketetapnnya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.
• Mulyadhi Kartanegara (2000)
Konsep ilmu dalam Islam meliputi yang ghaib (metafisik) dan nyata (fisik) yang diperoleh melalui indera, akal, dan intuisi/nalar.
• Afzalur Rahman
Konsep ilmu menurut penulis buku Ensiklopediana Ilmu dalam Al-Quran ini adalah: ... Ilmu dapat menggapai Sang Pencipta melalui observasi yang teliti dan tepat tentang hukum-hukum yang mengatur alam ini.
• Al Ghazali
Dalam Ihya Ulumuddin, Al Ghazali mengungkapkan tentang konsep ilmu. Menurutnya, ilmu terbagi ke dalam dua bagian, yaitu:
1. Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan aqidah dan ibadah wajib. Setiap orang wajib mendalami ilmu-ilmu tersebut (fardhu ain).
2. Imu-ilmu yang berkaitan dengan ruang public, misalnya: ilmu kedokteran, ilmu sosiologi, ilmu komputer, dan lain-lain. Tidak semua orang wajib mempelajari ilmu-ilmu tersebut. Beberapa orang saja yang mempelajarinya sudah cukup (fardhu kifayah).
• Danah Johar dan Ian Marshal
Dua ilmuwan ini mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul SQ (Kecerdasan Spiritual) bahwa ilmu pengetahuan membantu manusia untuk memahami hal-hal yang bersifat spiritual.
• Plato
Konsep ilmu yang digagas oleh Plato, yaitu konsep ide sebagai realitas sejati. Adapun pengalaman dan penelitian merupakan ingatan dari dunia ide.
• Anaximandros
Dia berpendapat bahwa: Semua adalah yang tak terbatas.
• Thales dari Milletos
Ilmuwan yang satu ini menyampaikan konsep ilmu sebagai berikut, Semua adalah air.
• Aristoteles
Murid Plato ini menyumbangkan pemikirannya yang berseberangan dengan Sang Guru. Konsep ilmu yang ditawarkan mengenai realitas sejati merupakan hasil dari melihat, mengamati, mendengar, dan meneliti suatu objek. Kemudian, akal pikiranlah yang akan mengolah menjadi suatu kesadaran.
Definisi-definisi Ilmu Sosiologi Menurut Para Ahli
Untuk mempelajari tentang Perencanaan Wilayah dan Kota, maka diharuskan juga mengerti akan masyarakat dan keadaan sosial. Umumnya ilmu Sosiologi yang mempelajari tentang hal tersebut. Maka berikut ini definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan beberapa ahli, yaitu :
1. Pitirim Sorokin
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
2. Roucek dan Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
3. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
4. J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
5. Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.
6. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
7. Paul B. Horton
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.
8. Soejono Sukamto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
9. William Kornblum
Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.
10. Allan Jhonson
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.
11.EmileDurkheim
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.
• Selain itu ada juga beberapa definisi Sosiologi di bidang pendidikan menurut para ahli:
• 1. F.G. Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung pengertian teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya dengantata sosial masyarakat. Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan kultural, proses perkembangan kepribadian,dan hubungan kesemuanya dengan proses pendidikan.
• 2. H.P. Fairchild dalam bukunya ”Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong applied sociology.
• 3. Prof. DR S. Nasution,M.A., Sosiologi Pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.
• 4. F.G Robbins dan Brown, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.
• 5. E.G Payne, Sosiologi Pendidikan ialah studi yang komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu sosiologi yang diterapkan.
• 6. Drs. Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.
• Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris serta bersifat umum
Konsep ilmu dalam pandangan Al-Quran dan Bibel
• Konsep ilmu di dalam Al-Quran
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya siang dan malam, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (Yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi ... (Al-Quran, Surah Ali-Imran [3]: 190-191)
• Konsep ilmu di dalam Bibel
eranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan segala binatang yang merayap di bumi. (Al-Kitab Kejadian 1:28b).
Definisi dan Pengertian Ilmu Logika/ kalam
Dalam sejarah perkembangan logika, banyak definisi dikemukakan oleh para ahli, yang secara umum memiliki banyak persamaan. Beberapa pendapat tersebut antara lain:
The Liang Gie dalam bukunya Dictionary of Logic (Kamus Logika) menyebutkan: Logika adalah bidang pengetahuan dalam lingkungan filsafat yang mempelajari secara teratur asas-asas dan aturan-aturan penalaran yang betul (correct reasoning).
Menurut Mundiri dalam bukunya tersebut Logika didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.
Secara etimologis, logika adalah istilah yang dibentuk dari kata logikos yang berasal dari kata benda logos. Kata logos berarti: sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal (fikiran), kata, atau ungkapan lewat bahasa. Kata logikos berarti mengenai sesuatu yang diutarakan, mengenai suatu pertimbangan akal, mengenai kata, mengenai percakapan atau yang berkenaan dengan ungkapan lewat bahasa. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut logike episteme atau dalam bahasa latin disebut logica scientia yang berarti ilmu logika, namun sekarang lazim disebut dengan logika saja.
Definisi umumnya logika adalah cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu karena logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan: Teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi.
Logika sebagai teori penyimpulan, berlandaskan pada suatu konsep yang dinyatakan dalam bentuk kata atau istilah, dan dapat diungkapkan dalam bentuk himpunan sehingga setiap konsep mempunyai himpunan, mempunyai keluasan. Dengan dasar himpunan karena semua unsur penalaran dalam logika pembuktiannya menggunakan diagram himpunan, dan ini merupakan pembuktian secara formal jika diungkapkan dengan diagram himpunan sah dan tepat karena sah dan tepat pula penalaran tersebut.
Berdasarkan proses penalarannya dan juga sifat kesimpulan yang dihasilkannya, logika dibedakan antara logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian diturunkan dari pangkal pikirnya. Dalam logika ini yang terutama ditelaah adalah bentuk dari kerjanya akal jika telah runtut dan sesuai dengan pertimbangan akal yang dapat dibuktikan tidak ada kesimpulan lain karena proses penyimpulannya adalah tepat dan sah. Logika deduktif karena berbicara tentang hubungan bentuk-bentuk pernyataan saja yang utama terlepas isi apa yang diuraikan karena logika deduktif disebut pula logika formal.
PENGERTIAN ILMU ALAMIAH DASAR (IAD) adalah disiplin ilmu yang biasanya dipelajari di tingkat perguruan tinggi. Pada dasarnya Anda sudah mendapatkan displin ilmu tersebut baik di SD, SMP, maupun SMA. Bedanya, IAD lebih banyak berbicara tentang bagaimana metode-metode ilmu kealaman dalam menjelaskan gejala-gejala alam secara lebih filosofis.
Jika Anda mempelajari Filsafat ilmu kealaman, Anda akan bertemu dengan berbagai aliran pemikiran dalam ilmu pengetahuan alam. Misalnya: Realisme, Anti-Realis, relativisme, maupun Feminisme Sains.
Di dalamnya pun, Anda akan menemukan pertentangan pemikiran antara satu aliran ilmu kealaman dengan aliran yang lain, seperti pertentangan antara realisme dengan anti-realis
.
Realisme
Hampir semua pemikiran mengenai ilmu kealaman saat ini banyak dipengaruhi oleh pandangan realisme. Sebagai suatu ilmu, sains memang tidak bisa lepas dari realitas objek-objek materi yang terindra. Realisme menempatkan observasi dan eksperimen sebagai suatu hal yang sangat penting di dalam sains.
Dengan observasi, ilmuwan dapat meramalkan gejala-gejala alam yang akan terjadi. Misalnya pada zaman dahulu dengan fakta yang cukup, ilmuwan dapat menjelaskan tentang gerhana matahari.
Kaum realis memandang bahwa ketika kita memiliki bukti dan fakta yang sesuai dengan fakta sebelumnya, maka kita akan dapat meramalkan suatu kejadian yang sama seperti kejadian yang pernah ada sebelumnya.
Observasi ini memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan. Walaupun sifatnya hanya melulu matematis, namun dengan jalan seperti itu, ilmuwan dapat menyederhanakan realitas yang mereka hadapi. Dengan metode realis kita juga dapat mencapai tingkat rasionalitas yang baik.
Kaum realis juga memandang bahwa teori sangatlah penting dalam sebuah penelaahan. Observasi yang akurat dan dilakukan dengan sering dapat menghasilkan suatu teori yang baik.
Begitu pula teori yang ditemukan melalui observasi tersebut dapat membimbing ilmuwan untuk melakukan penelitian dan penemuan baru yang bermanfaat dan lebih berarti.
Namun, pandangan tersebut sangat ditentang oleh anti-realis. Meraka beranggapan bahwa akan banyak ketidakjujuran yang dilakukan oleh ilmuwan ketika fakta yang ditemukan dalam observasi tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.
Di sinilah letak kesalahan yang tidak bisa dihindarkan oleh kaum realis. Sains menjadi sesuatu yang tidak objektif, kerena sudah dipengaruhi oleh subjektvitas ilmuwan.
Anti-Realis
Bagi kaum realis, teori dianggap dapat memberikan gambaran tentang dunia apa adanya. Jika suatu teori dianggap berlaku tidak lain karena teori itu dianggap benar dan sesuai dengan realitas. Begitu pula bagi penganut realis, kebenaran merupakan tujuan akhir dari ilmu pengetahuan.
Sementara itu, bagi anti-realis ilmu tidak perlu berbicara mengenai masalah kebenaran, sebab kita tidak akan pernah sampai pada kebenaran dari data yang kita observasi. Teori bagi anti-realis dianggap benar sejauh teori itu bermanfaat bagi manusia. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pandangan pragmatisme dan instrumentalisme.
Perbedaan pandangan di antara keduanya terjadi pula dalam kasus mengenai plogiston, ether, ataupun elektron. Bagi kaum realis semua itu ada -misalnya elektron. Kita memang tidak bisa mengetahui bagaimana bentuk elektron, namun sejauh ini jejak elektron dianggap sudah cukup menyatakan bahwa elektron ada dan jejaknya bisa diobservasi.
Bagi anti-realis, persoalan itu barangkali tidak terlalu penting. Sejauh ini elektron sudah banyak kegunaan, dan tentunya itu sudah masuk kriteria kebenaran menurut anti-realis. Namun pada kenyataanya, anti-realis menolak argumen ‘cosmic coincidence’ (suatu kondisi yang membuat kejadian alam tidak dapat diobsevasi namun dapat dijelakan oleh teori).
Menurut anti-realis elektron hanya bahasa ilmu untuk menjelaskan fenomena yang tidak dapat diobservasi. Oleh karena itu, tidak ada persoalan jika bahasa itu tidak ada kaitannya dengan realitas.
Ilmu adalah fenomena biologis, dan organisme memfasilitasi fenomena tersebut dengan lingkungan. Menurut van Fraassen inilah yang menjadikan setiap perbedaan penjelasan ilmiah bisa terjadi.
SUMBER :
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu
http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/06/persamaan-dan-perbedaan-filsafat-dan.htmlhttp://www.anneahira.com/ilmu/index.htm
http://www.anneahira.com/ilmu/konsep-ilmu.htm
http://putracenter.net/2009/04/15/definisi-definisi-ilmu-sosiologi-menurut-para-ahli/
http://imtaq.com/definisi-dan-pengertian-ilmu-logika-kalam/
http://www.anneahira.com/pengertian-ilmu-alamiah-dasar.htm
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Definisi ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam suatu golongan masalah yang sama sifatnya, baik menurut kedudukannya (apabila dilihat dari luar), maupun menurut hubungannya (jika dilihat dari dalam).
Definisi ilmu bergantung pada cara kerja indera-indera masing-masing individu dalam menyerap pengetahuan dan juga cara berpikir setiap individu dalam memroses pengetahuan yang diperolehnya. Selain itu juga, definisi ilmu bisa berlandaskan aktivitas yang dilakukan ilmu itu sendiri. Kita dapat melihat hal itu melalui metode yang digunakannya.
Konsep ilmu sudah banyak digagas oleh para ilmuwan, baik ilmuwan yang hidup pada zaman dahulu maupun ilmuwan yang hidup pada masa sekarang.
Ilmuwan Indonesia pun tidak ketinggalan, mereka telah menyumbangkan konsep ilmu bagi khazanah intelektual di negeri ini khususnya dan di dunia umumnya.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Contoh: Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (materiil saja) atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika membatasi lingkup pandangannya ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang kongkrit. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jauhnya matahari dari bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi sesuai untuk menjadi perawat.
Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan lain sebagainya.
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
Sifat-sifat ilmu
Dari definisi yang diungkapkan Mohammad Hatta dan Harjono di atas, kita dapat melihat bahwa sifat-sifat ilmu merupakan kumpulan pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu yang...
1. Berdiri secara satu kesatuan,
2. Tersusun secara sistematis,
3. Ada dasar pembenarannya (ada penjelasan yang dapat dipertanggung jawabkan disertai sebab-sebabnya yang meliputi fakta dan data),
4. Mendapat legalitas bahwa ilmu tersebut hasil pengkajian atau riset.
5. Communicable, ilmu dapat ditransfer kepada orang lain sehingga dapat dimengerti dan dipahami maknanya.
6. Universal, ilmu tidak terbatas ruang dan waktu sehingga dapat berlaku di mana saja dan kapan saja di seluruh alam semesta ini.
7. Berkembang, ilmu sebaiknya mampu mendorong pengetahuan-pengatahuan dan penemuan-penemuan baru. Sehingga, manusia mampu menciptakan pemikiran-pemikiran yang lebih berkembang dari sebelumnya.
Dari penjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa tidak semua pengetahuan dikategorikan ilmu. Sebab, definisi pengetahuan itu sendiri sebagai berikut: Segala sesuatu yang datang sebagai hasil dari aktivitas panca indera untuk mengetahui, yaitu terungkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya, sedangkan ilmu menghendaki lebih jauh, luas, dan dalam dari pengetahuan.
Pada hakekatnya, manusia memiliki keingintahuan pada setiap hal yang ada maupun yang sedang terjadi di sekitarnya. Sebab, banyak sekali sisi-sisi kehidupan yang menjadi pertanyaan dalam dirinya. Oleh sebab itulah, timbul pengetahuan (yang suatu saat) setelah melalui beberapa proses beranjak menjadi ilmu.
Manusia diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan sempurna, yaitu dilengkapi dengan seperangkat akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran inilah, manusia mendapatkan ilmu, seperti ilmu pengetahuan sosial, ilmu pertanian, ilmu pendidikan, ilmu kesehatan, dan lain-lain. Akal dan pikiran memroses setiap pengetahuan yang diserap oleh indera-indera yang dimiliki manusia.
Pengetahuan kaidah berpikir atau logika merupakan sarana untuk memperoleh, memelihara, dan meningkatkan ilmu. Jadi, ilmu tidak hanya diam di satu tempat atau di satu keadaan. Ilmu pun dapat berkembang sesuai dengan perkembangan cara berpikir manusia.
CIRI UTAMA ILMU:
• Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur, dan dibuktikan. Berbeda dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas keyakinan kepada yang gaib dan penghayatan serta pengalaman pribadi
• Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke obyek [atau alam obyek] yang sama dan saling berkaitan secara logis. Karena itu, koherensi sistematik adalajh hakikat ilmu. Prinsip-prinsip obyek dan hubungan-hubungannya yang tercermin dalam kaitan-kaiatan logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip metafisis obyek menyingkapkan dirinya sendiri kepada kita dalam prosedur ilmu secara lamban, didasarkan pada sifat khusus intelek kita yang tidak dapat dicarikan oleh visi ruhani terhadap realitas tetapi oleh berpikir
• Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapan
• Ciri hakiki lainnya dari ilmu ialah metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan ide yang terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu menuntut pengamatan dan berpikir metodis, tertata rapi. Alat Bantu metodologis yang penting adalah terminology ilmiah. Yang disebut belakangan ini mencoba konsep-konsep ilmu.
DIFINISI ILMU MENURUT PARA AHLI
• Mohammad Hatta, mendifinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kdudukannya tampak dari luar, amupun menurut hubungannya dari dalam
• Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya serentak
• Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah sederhana
• Ashely Montagu, Guru Besar Antropolo di Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disususn dalam satu system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menetukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
• Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran, menerangkan bahwa ilmu adalah:
Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan
-------Suatu pendekatan atau mmetode pendekatan terhadap seluruh dunia empirisyaitu dunia yang terikat oleh factor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera manusia
-------Suatu cara menganlisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: “jika,….maka…”
• Afanasyef, seorang pemikir Marxist bangsa Rusia mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan hukum-hukum, yang ketetapnnya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.
• Mulyadhi Kartanegara (2000)
Konsep ilmu dalam Islam meliputi yang ghaib (metafisik) dan nyata (fisik) yang diperoleh melalui indera, akal, dan intuisi/nalar.
• Afzalur Rahman
Konsep ilmu menurut penulis buku Ensiklopediana Ilmu dalam Al-Quran ini adalah: ... Ilmu dapat menggapai Sang Pencipta melalui observasi yang teliti dan tepat tentang hukum-hukum yang mengatur alam ini.
• Al Ghazali
Dalam Ihya Ulumuddin, Al Ghazali mengungkapkan tentang konsep ilmu. Menurutnya, ilmu terbagi ke dalam dua bagian, yaitu:
1. Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan aqidah dan ibadah wajib. Setiap orang wajib mendalami ilmu-ilmu tersebut (fardhu ain).
2. Imu-ilmu yang berkaitan dengan ruang public, misalnya: ilmu kedokteran, ilmu sosiologi, ilmu komputer, dan lain-lain. Tidak semua orang wajib mempelajari ilmu-ilmu tersebut. Beberapa orang saja yang mempelajarinya sudah cukup (fardhu kifayah).
• Danah Johar dan Ian Marshal
Dua ilmuwan ini mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul SQ (Kecerdasan Spiritual) bahwa ilmu pengetahuan membantu manusia untuk memahami hal-hal yang bersifat spiritual.
• Plato
Konsep ilmu yang digagas oleh Plato, yaitu konsep ide sebagai realitas sejati. Adapun pengalaman dan penelitian merupakan ingatan dari dunia ide.
• Anaximandros
Dia berpendapat bahwa: Semua adalah yang tak terbatas.
• Thales dari Milletos
Ilmuwan yang satu ini menyampaikan konsep ilmu sebagai berikut, Semua adalah air.
• Aristoteles
Murid Plato ini menyumbangkan pemikirannya yang berseberangan dengan Sang Guru. Konsep ilmu yang ditawarkan mengenai realitas sejati merupakan hasil dari melihat, mengamati, mendengar, dan meneliti suatu objek. Kemudian, akal pikiranlah yang akan mengolah menjadi suatu kesadaran.
Definisi-definisi Ilmu Sosiologi Menurut Para Ahli
Untuk mempelajari tentang Perencanaan Wilayah dan Kota, maka diharuskan juga mengerti akan masyarakat dan keadaan sosial. Umumnya ilmu Sosiologi yang mempelajari tentang hal tersebut. Maka berikut ini definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan beberapa ahli, yaitu :
1. Pitirim Sorokin
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
2. Roucek dan Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
3. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
4. J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
5. Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.
6. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
7. Paul B. Horton
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.
8. Soejono Sukamto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
9. William Kornblum
Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.
10. Allan Jhonson
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.
11.EmileDurkheim
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.
• Selain itu ada juga beberapa definisi Sosiologi di bidang pendidikan menurut para ahli:
• 1. F.G. Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung pengertian teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya dengantata sosial masyarakat. Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan kultural, proses perkembangan kepribadian,dan hubungan kesemuanya dengan proses pendidikan.
• 2. H.P. Fairchild dalam bukunya ”Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong applied sociology.
• 3. Prof. DR S. Nasution,M.A., Sosiologi Pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.
• 4. F.G Robbins dan Brown, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.
• 5. E.G Payne, Sosiologi Pendidikan ialah studi yang komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu sosiologi yang diterapkan.
• 6. Drs. Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.
• Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris serta bersifat umum
Konsep ilmu dalam pandangan Al-Quran dan Bibel
• Konsep ilmu di dalam Al-Quran
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya siang dan malam, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (Yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi ... (Al-Quran, Surah Ali-Imran [3]: 190-191)
• Konsep ilmu di dalam Bibel
eranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan segala binatang yang merayap di bumi. (Al-Kitab Kejadian 1:28b).
Definisi dan Pengertian Ilmu Logika/ kalam
Dalam sejarah perkembangan logika, banyak definisi dikemukakan oleh para ahli, yang secara umum memiliki banyak persamaan. Beberapa pendapat tersebut antara lain:
The Liang Gie dalam bukunya Dictionary of Logic (Kamus Logika) menyebutkan: Logika adalah bidang pengetahuan dalam lingkungan filsafat yang mempelajari secara teratur asas-asas dan aturan-aturan penalaran yang betul (correct reasoning).
Menurut Mundiri dalam bukunya tersebut Logika didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.
Secara etimologis, logika adalah istilah yang dibentuk dari kata logikos yang berasal dari kata benda logos. Kata logos berarti: sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal (fikiran), kata, atau ungkapan lewat bahasa. Kata logikos berarti mengenai sesuatu yang diutarakan, mengenai suatu pertimbangan akal, mengenai kata, mengenai percakapan atau yang berkenaan dengan ungkapan lewat bahasa. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut logike episteme atau dalam bahasa latin disebut logica scientia yang berarti ilmu logika, namun sekarang lazim disebut dengan logika saja.
Definisi umumnya logika adalah cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu karena logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan: Teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi.
Logika sebagai teori penyimpulan, berlandaskan pada suatu konsep yang dinyatakan dalam bentuk kata atau istilah, dan dapat diungkapkan dalam bentuk himpunan sehingga setiap konsep mempunyai himpunan, mempunyai keluasan. Dengan dasar himpunan karena semua unsur penalaran dalam logika pembuktiannya menggunakan diagram himpunan, dan ini merupakan pembuktian secara formal jika diungkapkan dengan diagram himpunan sah dan tepat karena sah dan tepat pula penalaran tersebut.
Berdasarkan proses penalarannya dan juga sifat kesimpulan yang dihasilkannya, logika dibedakan antara logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian diturunkan dari pangkal pikirnya. Dalam logika ini yang terutama ditelaah adalah bentuk dari kerjanya akal jika telah runtut dan sesuai dengan pertimbangan akal yang dapat dibuktikan tidak ada kesimpulan lain karena proses penyimpulannya adalah tepat dan sah. Logika deduktif karena berbicara tentang hubungan bentuk-bentuk pernyataan saja yang utama terlepas isi apa yang diuraikan karena logika deduktif disebut pula logika formal.
PENGERTIAN ILMU ALAMIAH DASAR (IAD) adalah disiplin ilmu yang biasanya dipelajari di tingkat perguruan tinggi. Pada dasarnya Anda sudah mendapatkan displin ilmu tersebut baik di SD, SMP, maupun SMA. Bedanya, IAD lebih banyak berbicara tentang bagaimana metode-metode ilmu kealaman dalam menjelaskan gejala-gejala alam secara lebih filosofis.
Jika Anda mempelajari Filsafat ilmu kealaman, Anda akan bertemu dengan berbagai aliran pemikiran dalam ilmu pengetahuan alam. Misalnya: Realisme, Anti-Realis, relativisme, maupun Feminisme Sains.
Di dalamnya pun, Anda akan menemukan pertentangan pemikiran antara satu aliran ilmu kealaman dengan aliran yang lain, seperti pertentangan antara realisme dengan anti-realis
.
Realisme
Hampir semua pemikiran mengenai ilmu kealaman saat ini banyak dipengaruhi oleh pandangan realisme. Sebagai suatu ilmu, sains memang tidak bisa lepas dari realitas objek-objek materi yang terindra. Realisme menempatkan observasi dan eksperimen sebagai suatu hal yang sangat penting di dalam sains.
Dengan observasi, ilmuwan dapat meramalkan gejala-gejala alam yang akan terjadi. Misalnya pada zaman dahulu dengan fakta yang cukup, ilmuwan dapat menjelaskan tentang gerhana matahari.
Kaum realis memandang bahwa ketika kita memiliki bukti dan fakta yang sesuai dengan fakta sebelumnya, maka kita akan dapat meramalkan suatu kejadian yang sama seperti kejadian yang pernah ada sebelumnya.
Observasi ini memiliki banyak kegunaan dalam kehidupan. Walaupun sifatnya hanya melulu matematis, namun dengan jalan seperti itu, ilmuwan dapat menyederhanakan realitas yang mereka hadapi. Dengan metode realis kita juga dapat mencapai tingkat rasionalitas yang baik.
Kaum realis juga memandang bahwa teori sangatlah penting dalam sebuah penelaahan. Observasi yang akurat dan dilakukan dengan sering dapat menghasilkan suatu teori yang baik.
Begitu pula teori yang ditemukan melalui observasi tersebut dapat membimbing ilmuwan untuk melakukan penelitian dan penemuan baru yang bermanfaat dan lebih berarti.
Namun, pandangan tersebut sangat ditentang oleh anti-realis. Meraka beranggapan bahwa akan banyak ketidakjujuran yang dilakukan oleh ilmuwan ketika fakta yang ditemukan dalam observasi tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.
Di sinilah letak kesalahan yang tidak bisa dihindarkan oleh kaum realis. Sains menjadi sesuatu yang tidak objektif, kerena sudah dipengaruhi oleh subjektvitas ilmuwan.
Anti-Realis
Bagi kaum realis, teori dianggap dapat memberikan gambaran tentang dunia apa adanya. Jika suatu teori dianggap berlaku tidak lain karena teori itu dianggap benar dan sesuai dengan realitas. Begitu pula bagi penganut realis, kebenaran merupakan tujuan akhir dari ilmu pengetahuan.
Sementara itu, bagi anti-realis ilmu tidak perlu berbicara mengenai masalah kebenaran, sebab kita tidak akan pernah sampai pada kebenaran dari data yang kita observasi. Teori bagi anti-realis dianggap benar sejauh teori itu bermanfaat bagi manusia. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pandangan pragmatisme dan instrumentalisme.
Perbedaan pandangan di antara keduanya terjadi pula dalam kasus mengenai plogiston, ether, ataupun elektron. Bagi kaum realis semua itu ada -misalnya elektron. Kita memang tidak bisa mengetahui bagaimana bentuk elektron, namun sejauh ini jejak elektron dianggap sudah cukup menyatakan bahwa elektron ada dan jejaknya bisa diobservasi.
Bagi anti-realis, persoalan itu barangkali tidak terlalu penting. Sejauh ini elektron sudah banyak kegunaan, dan tentunya itu sudah masuk kriteria kebenaran menurut anti-realis. Namun pada kenyataanya, anti-realis menolak argumen ‘cosmic coincidence’ (suatu kondisi yang membuat kejadian alam tidak dapat diobsevasi namun dapat dijelakan oleh teori).
Menurut anti-realis elektron hanya bahasa ilmu untuk menjelaskan fenomena yang tidak dapat diobservasi. Oleh karena itu, tidak ada persoalan jika bahasa itu tidak ada kaitannya dengan realitas.
Ilmu adalah fenomena biologis, dan organisme memfasilitasi fenomena tersebut dengan lingkungan. Menurut van Fraassen inilah yang menjadikan setiap perbedaan penjelasan ilmiah bisa terjadi.
SUMBER :
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu
http://filsafat-ilmu.blogspot.com/2008/06/persamaan-dan-perbedaan-filsafat-dan.htmlhttp://www.anneahira.com/ilmu/index.htm
http://www.anneahira.com/ilmu/konsep-ilmu.htm
http://putracenter.net/2009/04/15/definisi-definisi-ilmu-sosiologi-menurut-para-ahli/
http://imtaq.com/definisi-dan-pengertian-ilmu-logika-kalam/
http://www.anneahira.com/pengertian-ilmu-alamiah-dasar.htm
Pengetahuan.... Pengetahuan.... ??
PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo 2003). Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya).
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal.Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan pengamatan yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.
Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi.
Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah pengalaman seseorang tentang keadaan sehat dan sakitnya seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut bertindak untuk mengatasi masalah sakitnya dan bertindak untuk mempertahankan kesehatannya atau bahkan meningkatkan status kesehatannya. Rasa sakit akan menyebabkan seseorang bertindak pasif dan atau aktif dengan tahapan-tahapannya.
Ada 6 (enam) tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatuobjek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih adakaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).
Sumber-Sumber Pengetahuan
Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agama, adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya berbentuk norma-norma dan kaidah-kaidah baku yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam norma dan kaidah itu terkandung pengetahuan yang kebenarannya boleh jadi tidak dapat dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik untuk diubah begitu saja. Jadi, harus diikuti dengan tanpa keraguan, dengan percaya secara bulat. Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap (mapan) tetapi subjektif.
Sumber kedua yaitu pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang lain, juga masih diwarnai oleh kepercayaan. Pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orangtua, guru, ulama, orang yang dituakan, dan sebagainya. Apa pun yang mereka katakan benar atau salah, baik atau buruk, dan indah atau jelek, pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik. Karena, kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai orang-orang yang cukup berpengalaman dan berpengetahuan lebih luas dan benar. Boleh jadi sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi persoalannya terletak pada sejauh mana orang-orang itu bisa dipercaya. Lebih dari itu, sejauh mana kesaksian pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan pengalaman yang telah teruji kebenarannya. Jika kesaksiannya adalah kebohongan, hal ini akan membahayakan kehidupan manusia dan masyarakat itu sendiri.
Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi. Bagi manusia, pengalaman indriawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan bisa pula melakukan kegiatan hidup.
Sumber keempat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca indera, akal pikiran memiliki sifat lebih rohani. Karena itu, lingkup kemampuannya melebihi panca indera, yang menembus batas-batas fisis sampai pada hal-hal yang bersifat metafisis. Kalau panca indera hanya mampu menangkap hal-hal yang fisis menurut sisi tertentu, yang satu persatu, dan yang berubah-ubah, maka akal pikiran mampu menangkap hal-hal yang metafisis, spiritual, abstrak, universal, yang seragam dan yang bersifat tetap, tetapi tidak berubah-ubah. Oleh sebab itu, akal pikiran senantiasa bersikap meragukan kebenaran pengetahuan indriawi sebagai pengetahuan semu dan menyesatkan. Singkatnya, akal pikiran cenderung memberikan pengetahuan yang lebih umum, objektif dan pasti, serta yang bersifat tetap, tidak berubah-ubah.
Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling dalam. Jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal pikiran dan kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa melalui sentuhan indera maupun olahan akal pikiran. Ketika dengan serta-merta seseorang memutuskan untuk berbuat atau tidak berbuat dengan tanpa alasan yang jelas, maka ia berada di dalam pengetahuan yang intuitif. Dengan demikian, pengetahuan intuitif ini kebenarannya tidak dapat diuji baik menurut ukuran pengalaman indriawi maupun akal pikiran. Karena itu tidak bisa berlaku umum, hanya berlaku secara personal belaka (Suhartono, 2008).
Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain :
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuanya (Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008).
2. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoadmojo, 1997).
3. Usia
Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun (Singgih, 1998 dalam Hendra AW, 2008). Selain ituAbu Ahmadi, 2001 dalam Hendra AW, 2008 juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
4. Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008).
Dengan adanya zaman yang semakin berubah dan ilmu pengetahuan juga berkembang maka sudah saatnya kita coba menggali kedalam diri kita sendiri lalu berani untuk bertanya apa yang sudah kita berikan pada kehidupan ini dari ilmu pengetahuan yang sudah dipelajari. Apakah benar kita sudah belajar? Ataukah kita sebenarnya dibelajarkan? Proses perjalanan waktu dan usia pada diri manusia akan dapat menjawab pertanyaan tersebut. Tanpa kita sadari apapun yang kita peroleh dari kehidupan ini adalah pengalaman yang berarti jika disadari sepenuhnya. Tetapi kadang kita lupa bahwa apa yang kita peroleh itu kita anggap sebagai usaha sendiri, dalam arti tidak ada campur tangan sesuatu yang lain dari diri ini. Maka manusia dengan ketidaktahuannya atau dengan kesombongannya tidak menelusuri asal usul dan arti ilmu pengetahuan itu sendiri. Akibat dari semua ini kita menjadi korban ketidaktahuan dan kesombongan diri sendiri.
Dalam bahasa Jawa terdapat kata Kawruh dan Ngelmu. Kawruh dalam hal ini dapat diartikan sebagai ilmunya pengetahuan, sedangkan Ngelmu adalah pengetahuannya ilmu. Kedua hal ini saling berkaitan satu sama lain, yang berbeda adalah ciri dan caranya. Tetapi mari kita mencoba bersama menggali ciri dan cara dari proses “adanya” sehingga “menjadi” yang dinamakan Ilmu pengetahuan tadi. Dengan pemikiran yang jernih tanpa adanya penolakan ataupun penerimaan yang dapat menimbulkan selisih pendapat atau persamaan pendapat, kita terlebih dulu menyatukan pikiran dan sikap yang sama bahwa kita saat ini sedang “dibelajarkan“. Dengan kerendahan hati kita siap menerima untuk dibelajarkan yang asalnya adalah dari diri kita sendiri. Jika ada penolakan berarti menolak diri kita sendiri. Jika ada penerimaan maka kita menerima diri kita sendiri. Segala sesuatu biarlah terjadi apa adanya. Wallahualam.
Dalam beberapa tahun belakangan ini kita melihat adanya perubahan yang mendasar dari evolusi kesadaran manusia yaitu mencari indentitas dirinya. Maka dimana-mana muncul berbagai macam cara untuk memperoleh apa yang dinamakan ilmu pengetahuan tentang jati diri dan cara memperolehnya. Orang yang membawa ilmu pengetahuan inipun berbeda dalam ciri dan caranya sehingga muncul juga penafsiran yang berbeda tergantung sejauh mana pengertian yang ia diperoleh. Ilmu pengetahuan adalah pengumpulan pengertian tentang suatu hal yang kita dapat karena “tahu”.
Tahu berarti :
- menyerap perangsang indera
- berkesan, dan
- mengerti kesan itu.
Proses dari menerima perangsang indera bisa kita alami melalui :
- Melihat – indera penglihat.
- Mendengar – indera pendengar.
- Mencium – indera pencium.
- Meraba – indera perasa dan.
- Merasa – indera pengecap.
Jadi untuk mengerti adalah suatu peristiwa pikiran, tetapi dasar dari timbulnya pengertian bisa merupakan :
A. Daya kodrat manusia yaitu :
* mengerti karena memikir
* mengerti karena merasa
B. Daya kegaiban Gusti, yaitu :
* mengerti karena terbuka hati.
Indera adalah penerima perangsang, sedangkan pernyataan adalah karya pikiran dan kehendak. Semua pengumpulan pengertian tentang setiap hal yang ada di dunia ini dan pengertian tersebut merupakan hasil dari tahu , maka itu dinamakan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dibagi menjadi 2 macam :
- Ilmu pengetahuan exacta (nyata)
- Ilmu pengetahuan abstrak (tanpa wujud)
Kedua ilmu pengetahuan ini berasal dari penerapan indera. Semua ilmu pengetahuan baik exacta atau yang abstrak ada jalan untuk mempelajarinya yaitu:
- langsung atau tidak dibutuhkan guru,
- banyak atau sedikit dipergunakan buku,
- dasar pelajaran diletakkan pada kecerdasan otak.
Hasil pelajaran dari ilmu pengetahuan exacta atau nyata yaitu pengertian nyata, sedangkan hasil pelajaran dari ilmu pengetahuan abstrak yaitu pengertian rohani. Pengertian nyata tentang hukum-hukum alam dapat menuntun kita menyingkap rahasia alam misalkan tentang bulan, bintang, matahari, planet, atau air, tumbuhan, dll. Tetapi pengertian rohani tidak mampu menuntun kita untuk mengungkap rahasia rohani atau rahasia ketuhanan. Pengertian rohani sifatnya adalah mati sedangkan rahasia ketuhanan adalah rahasia yang sifatnya hidup atau disebut juga “Daya Hidup”. Mengapa kita katakan bahwa pengertian rohani bersifat mati, artinya ilmu pengetahuan abstrak sebatas pengertian rohani dalam diri kita itu tidak bisa tumbuh dan tidak bisa bertambah dengan sendirinya, selain dari diri kita yang berusaha untuk menambahnya dengan :
- banyak membaca
- menambah pelajaran
- mengadakan diskusi dan lain sebagainya.
Semua hasil dari penambahan pengertian rohani berasal dari pemikiran dan semua karya pikiran ialah ilmu pengetahuan yang sifatnya mati, karena itu untuk mempelajari ilmu pengetahuan dibutuhkan guru dan buku. Mempelajari daya hidup dengan ilmu pengetahuan abstrak berarti kita mempergunakan pengertian yang mati untuk mempelajari daya yang hidup. Dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang nyata, kita juga mempergunakan pengertian yang mati tetapi untuk hal yang sifatnya juga mati, dan merupakan fakta nyata yang bisa diserap, dipikir, dan dikongklusi. Dengan cara berpikir demikian dapat membawa kita maju dalam ilmu pengetahuan yang dipelajari. Dalam mempergunakan pengertian mati untuk mempelajari daya hidup yang tanpa wujud kita tidak menemukan fakta nyata lahiriyah guna bahan pencerapan, perbandingan dan pemikiran. Tiap kongklusi yang diambil dengan kecerdasan otak tentu hanya dikira-kira, dan tidak berdasarkan fakta nyata. Maka sebab itulah pengertian rohani terhadap daya hidup sifatnya adalah mati. Dengan kecerdasan otak saja, kita tidak bisa mempelajari daya hidup apalagi tanpa guru atau tanpa buku. Jika kita melihat ilmu ketuhanan sebagai ilmu pengetahuan berpijak dari percaya akan adanya Tuhan. Seandainya kepercayaan akan adanya Tuhan itu tidak ada, maka ilmu pengetahuan dengan sendirinya tidak ada juga. Maka untuk mempelajari ilmu pengetahuan tentang ketuhanan kita tidak diharuskan untuk percaya bahwa Tuhan itu ada. Misalkan seorang atheis juga bisa mempelajari ilmu pengetahuan ketuhanan karena ilmu pengetahuan seperti yang telah kita bahas sebelumnya berproses dari panca indera sampai pada otak hingga timbul pengertian-pengertian hasil dari ilmu pengetahuan yang kita pelajari.
Demikian sedikit ringkasan dari apa yang kita sebut “Ilmu Pengetahuan“ agar kita juga mengerti dan merobah sejenak pola pikir tentang arti dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Inilah yang disebut dalam bahasa jawa, Kawruh yaitu “Tuman duking weruh” atau penerapan indera dan kecerdasan otak. Setelah kita mengerti tentang Ilmu pengetahuan atau kawruh itu tadi maka kita akan beranjak pada proses yang selanjutnya yang dinamakan Ngelmu atau bisa diartikan Pengetahuannya Ilmu agar mudah diserap oleh panca indera kita. Marilah kita persiapkan diri kita untuk “dibelajarkan” tentang proses dari apa yang disebut Ngelmu itu. Pengetahuannya ilmu disini adalah mengenai apa yang disebut “Daya hidup”. Ngelmu dalam arti suatu cara untuk mendalami ilmu pengetahuan tentang daya hidup. Dari daya hidup inilah adanya tuntunan dan pengertian dimana daya hidup itu sendiri ingin dimengerti dan tetap dibiarkan hidup. Daya hidup yang ingin dimengerti itulah yang akan jadi guru dan buku yang dapat terjamin keabsahannya. Kalau daya yang kita hidupi itu memang bersumber dari daya hidup, sudah selayaknya kalau dapat menghidupi kita dengan pengertian-pengertian tentang kehidupan.
Seperti awalnya mari kita samakan pikiran dan sikap kita untuk “dibelajarkan” tentang cara mendalami ilmu pengetahuan dari daya hidup. Dalam bahasa jawa adalah ngelmu atau bahasa Indonesia umumnya ada istilah menuntut ilmu. Begitu banyak hal yang kita dengar tentang orang yang menuntut ilmu ini dan itu yang pada akhirnya bagaimana manusia itu sendiri berpijak pada apa yang menjadi pilihan dan keyakinannya dan tanggung jawab apa yang telah dia lakukan setelah dia mendapatkan hasil dari ngelmu itu. Apakah manusia itu sendiri menyadari daya hidup yang dipakainya menghasilkan suatu daya kerja yang bermanfaat untuk dirinya? Atau hanya sekedar ikut-ikutan tanpa mengerti terlebih dahulu? kembali lagi pada diri manusianya.
Untuk lebih jelasnya ngelmu adalah cara untuk mendalami pengetahuan tentang daya hidup. Karena daya hidup akan bekerja sesuai dengan fungsinya yang disebut daya kerja yang dihidupkan oleh manusia sendiri. Sumber asalnya dari daya hidup di dalam diri manusia. Ngelmu dibedakan dalam 3 macam menurut daya kerja yang dipakai, yaitu :
- Mengikuti daya kerja : Setan atau roh.
Tujuan : Kepuasan hidup semata.
Umpama : Tenung, Santet, prewangan dll.
- Mengikuti daya kerja : Sukma manusia
Tujuan : Keutamaan hidup.
Umpama : Pencak silat, Sedulur papat lima pancer dll.
- Mengikuti daya kerja : Daya asal.
Tujuan : Kesempurnaan jiwa.
Umpama : – Ilmu kesukmaan
: – Ilmu kamoksaan.
Maka disini kita akan ikuti adalah daya kerja yang bersumber dari daya asal serta tujuannya adalah kesempurnaan jiwa. Seperti seorang anak yang ingin mengerti ilmu pasti, tidak bisa seketika belajar aljabar atau ilmu ukur, tetapi harus mulai dengan sendi hitungan. Demikian pula pandangan rohani kita dalam hidup berngelmu. Pengertian rohani mengada dalam diri kita karena terbukanya hati tehadap kekekalan. Pengertian ini kita terima bertahap sesuai dengan hidup berngelmu yang kita tekadkan. Tidak ada insan yang mampu menerima pengertian tentang kekekalan dengan sekaligus. Karena kemampuan berpikir dan kemampuan merasa manusia itu ada batasnya.
Manusia itu pada dasarnya tidak bisa memikirkan tentang sesuatu yang di dunia ini tidak ada. Maka dengan sendirinya hidup berngelmu tidak akan mempunyai pengertian tentang soal rohani kalau belum di beri karunia pengertian, karena dalam hidup berngelmu tidak dikenal guru dan buku. Selama kita masih menghayati hidup berngelmu maka kita berarti masih ada dalam sendi hitungan rohani. Umpama sebatang pohon tidak akan langsung menjadi besar dan menghasilkan buah, karena segala sesuatu minta waktu untuk pertumbuhannya. Begitu juga dengan manusia yang minta waktu sesuai dengan kedewasaan pikirnya. Dengan cara belajar yang demikian itu, maka sebagian besar dari pengertian rohani yang kita dapatkan tidak berasal dari pemikiran kita tapi dari daya hidup itu sendiri. Karenanya pengertian yang diperoleh dari hidup berngelmu datang dengan sendirinya tanpa adanya usaha pemikiran tidak dinamakan pengertian rohani tapi terang rohani.
Terang rohani berasal dari daya hidup, bukan dari pikiran manusia. Terang rohani ialah pengertian hidup, pengertian yang mampu membimbing semua peminatnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari ilmu pengetahuan didapat pengertian rohani yang sifatnya mati sedangkan dari ngelmu didapat terang rohani yang sifatnya hidup. Karena terang rohani itu hidup, artinya dengan sendirinya akan tumbuh sesuai dengan tekad hidup kita. Untuk mempelajari daya hidup dengan berngelmu kita tidak perlu banyak membaca, mencari pelajaran atau mengadakan diskusi dll, karena daya hidup yang kita ikuti daya kerjaNya ialah tuntunan kita, pelajaran kita, nasehat kita dll. Didalam hidup berngelmu daya hidup yang diikuti daya kerjaNya tidak dimatikan, supaya senantiasa menjadi pengganti guru dan buku yang selama ini kita pelajari, contohnya buku filsafat atau buku tentang pengalaman rohani orang lain. Ngelmu kesempurnaan berpijak dari kenyataan adanya daya gaib didalam kehidupan yang gumelar, tanpa adanya daya gaib ini, maka ngelmu kasempurnaan tidak akan ada. Seorang yang atheis bisa mempelajari ilmu ketuhanan melalui pengetahuan atau kawruh tapi dia tidak bisa mempelajari dengan ngelmu, karena kita akan mengikuti daya kerjaNya. Ngelmu bukan merupakan soal yang dapat dicapai dengan kecerdasan otak, tetapi dengan penyerahan diri total.
Dasar dari ilmu pengetahuan atau kawruh dan ngelmu adalah sama yaitu :
- kebutuhan manusiawi
- keinginan untuk tahu
Sedangkan perbedaannya adalah :
- demi pengetahuan
- demi perlunya
Tetapi dengan berngelmu kita cuma bisa bertujuan demi perlunya. Ilmu filsafat tidak sama dengan ngelmu. Filsafat adalah pikiran yang mendalam tentang jiwa. Ilmu jiwa dan filsafat merup akan pengeterapan indera digolongkan dalam kawruh.
SUMBER :
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan
http://www.membuatblog.web.id/2010/09/arti-pengetahuan-menurut-para-ahli.html
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo 2003). Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya).
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal.Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan pengamatan yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.
Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi.
Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah pengalaman seseorang tentang keadaan sehat dan sakitnya seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut bertindak untuk mengatasi masalah sakitnya dan bertindak untuk mempertahankan kesehatannya atau bahkan meningkatkan status kesehatannya. Rasa sakit akan menyebabkan seseorang bertindak pasif dan atau aktif dengan tahapan-tahapannya.
Ada 6 (enam) tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatuobjek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih adakaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).
Sumber-Sumber Pengetahuan
Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agama, adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya berbentuk norma-norma dan kaidah-kaidah baku yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam norma dan kaidah itu terkandung pengetahuan yang kebenarannya boleh jadi tidak dapat dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik untuk diubah begitu saja. Jadi, harus diikuti dengan tanpa keraguan, dengan percaya secara bulat. Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap (mapan) tetapi subjektif.
Sumber kedua yaitu pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang lain, juga masih diwarnai oleh kepercayaan. Pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orangtua, guru, ulama, orang yang dituakan, dan sebagainya. Apa pun yang mereka katakan benar atau salah, baik atau buruk, dan indah atau jelek, pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik. Karena, kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai orang-orang yang cukup berpengalaman dan berpengetahuan lebih luas dan benar. Boleh jadi sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi persoalannya terletak pada sejauh mana orang-orang itu bisa dipercaya. Lebih dari itu, sejauh mana kesaksian pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan pengalaman yang telah teruji kebenarannya. Jika kesaksiannya adalah kebohongan, hal ini akan membahayakan kehidupan manusia dan masyarakat itu sendiri.
Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi. Bagi manusia, pengalaman indriawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan bisa pula melakukan kegiatan hidup.
Sumber keempat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca indera, akal pikiran memiliki sifat lebih rohani. Karena itu, lingkup kemampuannya melebihi panca indera, yang menembus batas-batas fisis sampai pada hal-hal yang bersifat metafisis. Kalau panca indera hanya mampu menangkap hal-hal yang fisis menurut sisi tertentu, yang satu persatu, dan yang berubah-ubah, maka akal pikiran mampu menangkap hal-hal yang metafisis, spiritual, abstrak, universal, yang seragam dan yang bersifat tetap, tetapi tidak berubah-ubah. Oleh sebab itu, akal pikiran senantiasa bersikap meragukan kebenaran pengetahuan indriawi sebagai pengetahuan semu dan menyesatkan. Singkatnya, akal pikiran cenderung memberikan pengetahuan yang lebih umum, objektif dan pasti, serta yang bersifat tetap, tidak berubah-ubah.
Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling dalam. Jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal pikiran dan kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa melalui sentuhan indera maupun olahan akal pikiran. Ketika dengan serta-merta seseorang memutuskan untuk berbuat atau tidak berbuat dengan tanpa alasan yang jelas, maka ia berada di dalam pengetahuan yang intuitif. Dengan demikian, pengetahuan intuitif ini kebenarannya tidak dapat diuji baik menurut ukuran pengalaman indriawi maupun akal pikiran. Karena itu tidak bisa berlaku umum, hanya berlaku secara personal belaka (Suhartono, 2008).
Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain :
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuanya (Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008).
2. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoadmojo, 1997).
3. Usia
Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun (Singgih, 1998 dalam Hendra AW, 2008). Selain ituAbu Ahmadi, 2001 dalam Hendra AW, 2008 juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
4. Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008).
Dengan adanya zaman yang semakin berubah dan ilmu pengetahuan juga berkembang maka sudah saatnya kita coba menggali kedalam diri kita sendiri lalu berani untuk bertanya apa yang sudah kita berikan pada kehidupan ini dari ilmu pengetahuan yang sudah dipelajari. Apakah benar kita sudah belajar? Ataukah kita sebenarnya dibelajarkan? Proses perjalanan waktu dan usia pada diri manusia akan dapat menjawab pertanyaan tersebut. Tanpa kita sadari apapun yang kita peroleh dari kehidupan ini adalah pengalaman yang berarti jika disadari sepenuhnya. Tetapi kadang kita lupa bahwa apa yang kita peroleh itu kita anggap sebagai usaha sendiri, dalam arti tidak ada campur tangan sesuatu yang lain dari diri ini. Maka manusia dengan ketidaktahuannya atau dengan kesombongannya tidak menelusuri asal usul dan arti ilmu pengetahuan itu sendiri. Akibat dari semua ini kita menjadi korban ketidaktahuan dan kesombongan diri sendiri.
Dalam bahasa Jawa terdapat kata Kawruh dan Ngelmu. Kawruh dalam hal ini dapat diartikan sebagai ilmunya pengetahuan, sedangkan Ngelmu adalah pengetahuannya ilmu. Kedua hal ini saling berkaitan satu sama lain, yang berbeda adalah ciri dan caranya. Tetapi mari kita mencoba bersama menggali ciri dan cara dari proses “adanya” sehingga “menjadi” yang dinamakan Ilmu pengetahuan tadi. Dengan pemikiran yang jernih tanpa adanya penolakan ataupun penerimaan yang dapat menimbulkan selisih pendapat atau persamaan pendapat, kita terlebih dulu menyatukan pikiran dan sikap yang sama bahwa kita saat ini sedang “dibelajarkan“. Dengan kerendahan hati kita siap menerima untuk dibelajarkan yang asalnya adalah dari diri kita sendiri. Jika ada penolakan berarti menolak diri kita sendiri. Jika ada penerimaan maka kita menerima diri kita sendiri. Segala sesuatu biarlah terjadi apa adanya. Wallahualam.
Dalam beberapa tahun belakangan ini kita melihat adanya perubahan yang mendasar dari evolusi kesadaran manusia yaitu mencari indentitas dirinya. Maka dimana-mana muncul berbagai macam cara untuk memperoleh apa yang dinamakan ilmu pengetahuan tentang jati diri dan cara memperolehnya. Orang yang membawa ilmu pengetahuan inipun berbeda dalam ciri dan caranya sehingga muncul juga penafsiran yang berbeda tergantung sejauh mana pengertian yang ia diperoleh. Ilmu pengetahuan adalah pengumpulan pengertian tentang suatu hal yang kita dapat karena “tahu”.
Tahu berarti :
- menyerap perangsang indera
- berkesan, dan
- mengerti kesan itu.
Proses dari menerima perangsang indera bisa kita alami melalui :
- Melihat – indera penglihat.
- Mendengar – indera pendengar.
- Mencium – indera pencium.
- Meraba – indera perasa dan.
- Merasa – indera pengecap.
Jadi untuk mengerti adalah suatu peristiwa pikiran, tetapi dasar dari timbulnya pengertian bisa merupakan :
A. Daya kodrat manusia yaitu :
* mengerti karena memikir
* mengerti karena merasa
B. Daya kegaiban Gusti, yaitu :
* mengerti karena terbuka hati.
Indera adalah penerima perangsang, sedangkan pernyataan adalah karya pikiran dan kehendak. Semua pengumpulan pengertian tentang setiap hal yang ada di dunia ini dan pengertian tersebut merupakan hasil dari tahu , maka itu dinamakan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dibagi menjadi 2 macam :
- Ilmu pengetahuan exacta (nyata)
- Ilmu pengetahuan abstrak (tanpa wujud)
Kedua ilmu pengetahuan ini berasal dari penerapan indera. Semua ilmu pengetahuan baik exacta atau yang abstrak ada jalan untuk mempelajarinya yaitu:
- langsung atau tidak dibutuhkan guru,
- banyak atau sedikit dipergunakan buku,
- dasar pelajaran diletakkan pada kecerdasan otak.
Hasil pelajaran dari ilmu pengetahuan exacta atau nyata yaitu pengertian nyata, sedangkan hasil pelajaran dari ilmu pengetahuan abstrak yaitu pengertian rohani. Pengertian nyata tentang hukum-hukum alam dapat menuntun kita menyingkap rahasia alam misalkan tentang bulan, bintang, matahari, planet, atau air, tumbuhan, dll. Tetapi pengertian rohani tidak mampu menuntun kita untuk mengungkap rahasia rohani atau rahasia ketuhanan. Pengertian rohani sifatnya adalah mati sedangkan rahasia ketuhanan adalah rahasia yang sifatnya hidup atau disebut juga “Daya Hidup”. Mengapa kita katakan bahwa pengertian rohani bersifat mati, artinya ilmu pengetahuan abstrak sebatas pengertian rohani dalam diri kita itu tidak bisa tumbuh dan tidak bisa bertambah dengan sendirinya, selain dari diri kita yang berusaha untuk menambahnya dengan :
- banyak membaca
- menambah pelajaran
- mengadakan diskusi dan lain sebagainya.
Semua hasil dari penambahan pengertian rohani berasal dari pemikiran dan semua karya pikiran ialah ilmu pengetahuan yang sifatnya mati, karena itu untuk mempelajari ilmu pengetahuan dibutuhkan guru dan buku. Mempelajari daya hidup dengan ilmu pengetahuan abstrak berarti kita mempergunakan pengertian yang mati untuk mempelajari daya yang hidup. Dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang nyata, kita juga mempergunakan pengertian yang mati tetapi untuk hal yang sifatnya juga mati, dan merupakan fakta nyata yang bisa diserap, dipikir, dan dikongklusi. Dengan cara berpikir demikian dapat membawa kita maju dalam ilmu pengetahuan yang dipelajari. Dalam mempergunakan pengertian mati untuk mempelajari daya hidup yang tanpa wujud kita tidak menemukan fakta nyata lahiriyah guna bahan pencerapan, perbandingan dan pemikiran. Tiap kongklusi yang diambil dengan kecerdasan otak tentu hanya dikira-kira, dan tidak berdasarkan fakta nyata. Maka sebab itulah pengertian rohani terhadap daya hidup sifatnya adalah mati. Dengan kecerdasan otak saja, kita tidak bisa mempelajari daya hidup apalagi tanpa guru atau tanpa buku. Jika kita melihat ilmu ketuhanan sebagai ilmu pengetahuan berpijak dari percaya akan adanya Tuhan. Seandainya kepercayaan akan adanya Tuhan itu tidak ada, maka ilmu pengetahuan dengan sendirinya tidak ada juga. Maka untuk mempelajari ilmu pengetahuan tentang ketuhanan kita tidak diharuskan untuk percaya bahwa Tuhan itu ada. Misalkan seorang atheis juga bisa mempelajari ilmu pengetahuan ketuhanan karena ilmu pengetahuan seperti yang telah kita bahas sebelumnya berproses dari panca indera sampai pada otak hingga timbul pengertian-pengertian hasil dari ilmu pengetahuan yang kita pelajari.
Demikian sedikit ringkasan dari apa yang kita sebut “Ilmu Pengetahuan“ agar kita juga mengerti dan merobah sejenak pola pikir tentang arti dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Inilah yang disebut dalam bahasa jawa, Kawruh yaitu “Tuman duking weruh” atau penerapan indera dan kecerdasan otak. Setelah kita mengerti tentang Ilmu pengetahuan atau kawruh itu tadi maka kita akan beranjak pada proses yang selanjutnya yang dinamakan Ngelmu atau bisa diartikan Pengetahuannya Ilmu agar mudah diserap oleh panca indera kita. Marilah kita persiapkan diri kita untuk “dibelajarkan” tentang proses dari apa yang disebut Ngelmu itu. Pengetahuannya ilmu disini adalah mengenai apa yang disebut “Daya hidup”. Ngelmu dalam arti suatu cara untuk mendalami ilmu pengetahuan tentang daya hidup. Dari daya hidup inilah adanya tuntunan dan pengertian dimana daya hidup itu sendiri ingin dimengerti dan tetap dibiarkan hidup. Daya hidup yang ingin dimengerti itulah yang akan jadi guru dan buku yang dapat terjamin keabsahannya. Kalau daya yang kita hidupi itu memang bersumber dari daya hidup, sudah selayaknya kalau dapat menghidupi kita dengan pengertian-pengertian tentang kehidupan.
Seperti awalnya mari kita samakan pikiran dan sikap kita untuk “dibelajarkan” tentang cara mendalami ilmu pengetahuan dari daya hidup. Dalam bahasa jawa adalah ngelmu atau bahasa Indonesia umumnya ada istilah menuntut ilmu. Begitu banyak hal yang kita dengar tentang orang yang menuntut ilmu ini dan itu yang pada akhirnya bagaimana manusia itu sendiri berpijak pada apa yang menjadi pilihan dan keyakinannya dan tanggung jawab apa yang telah dia lakukan setelah dia mendapatkan hasil dari ngelmu itu. Apakah manusia itu sendiri menyadari daya hidup yang dipakainya menghasilkan suatu daya kerja yang bermanfaat untuk dirinya? Atau hanya sekedar ikut-ikutan tanpa mengerti terlebih dahulu? kembali lagi pada diri manusianya.
Untuk lebih jelasnya ngelmu adalah cara untuk mendalami pengetahuan tentang daya hidup. Karena daya hidup akan bekerja sesuai dengan fungsinya yang disebut daya kerja yang dihidupkan oleh manusia sendiri. Sumber asalnya dari daya hidup di dalam diri manusia. Ngelmu dibedakan dalam 3 macam menurut daya kerja yang dipakai, yaitu :
- Mengikuti daya kerja : Setan atau roh.
Tujuan : Kepuasan hidup semata.
Umpama : Tenung, Santet, prewangan dll.
- Mengikuti daya kerja : Sukma manusia
Tujuan : Keutamaan hidup.
Umpama : Pencak silat, Sedulur papat lima pancer dll.
- Mengikuti daya kerja : Daya asal.
Tujuan : Kesempurnaan jiwa.
Umpama : – Ilmu kesukmaan
: – Ilmu kamoksaan.
Maka disini kita akan ikuti adalah daya kerja yang bersumber dari daya asal serta tujuannya adalah kesempurnaan jiwa. Seperti seorang anak yang ingin mengerti ilmu pasti, tidak bisa seketika belajar aljabar atau ilmu ukur, tetapi harus mulai dengan sendi hitungan. Demikian pula pandangan rohani kita dalam hidup berngelmu. Pengertian rohani mengada dalam diri kita karena terbukanya hati tehadap kekekalan. Pengertian ini kita terima bertahap sesuai dengan hidup berngelmu yang kita tekadkan. Tidak ada insan yang mampu menerima pengertian tentang kekekalan dengan sekaligus. Karena kemampuan berpikir dan kemampuan merasa manusia itu ada batasnya.
Manusia itu pada dasarnya tidak bisa memikirkan tentang sesuatu yang di dunia ini tidak ada. Maka dengan sendirinya hidup berngelmu tidak akan mempunyai pengertian tentang soal rohani kalau belum di beri karunia pengertian, karena dalam hidup berngelmu tidak dikenal guru dan buku. Selama kita masih menghayati hidup berngelmu maka kita berarti masih ada dalam sendi hitungan rohani. Umpama sebatang pohon tidak akan langsung menjadi besar dan menghasilkan buah, karena segala sesuatu minta waktu untuk pertumbuhannya. Begitu juga dengan manusia yang minta waktu sesuai dengan kedewasaan pikirnya. Dengan cara belajar yang demikian itu, maka sebagian besar dari pengertian rohani yang kita dapatkan tidak berasal dari pemikiran kita tapi dari daya hidup itu sendiri. Karenanya pengertian yang diperoleh dari hidup berngelmu datang dengan sendirinya tanpa adanya usaha pemikiran tidak dinamakan pengertian rohani tapi terang rohani.
Terang rohani berasal dari daya hidup, bukan dari pikiran manusia. Terang rohani ialah pengertian hidup, pengertian yang mampu membimbing semua peminatnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari ilmu pengetahuan didapat pengertian rohani yang sifatnya mati sedangkan dari ngelmu didapat terang rohani yang sifatnya hidup. Karena terang rohani itu hidup, artinya dengan sendirinya akan tumbuh sesuai dengan tekad hidup kita. Untuk mempelajari daya hidup dengan berngelmu kita tidak perlu banyak membaca, mencari pelajaran atau mengadakan diskusi dll, karena daya hidup yang kita ikuti daya kerjaNya ialah tuntunan kita, pelajaran kita, nasehat kita dll. Didalam hidup berngelmu daya hidup yang diikuti daya kerjaNya tidak dimatikan, supaya senantiasa menjadi pengganti guru dan buku yang selama ini kita pelajari, contohnya buku filsafat atau buku tentang pengalaman rohani orang lain. Ngelmu kesempurnaan berpijak dari kenyataan adanya daya gaib didalam kehidupan yang gumelar, tanpa adanya daya gaib ini, maka ngelmu kasempurnaan tidak akan ada. Seorang yang atheis bisa mempelajari ilmu ketuhanan melalui pengetahuan atau kawruh tapi dia tidak bisa mempelajari dengan ngelmu, karena kita akan mengikuti daya kerjaNya. Ngelmu bukan merupakan soal yang dapat dicapai dengan kecerdasan otak, tetapi dengan penyerahan diri total.
Dasar dari ilmu pengetahuan atau kawruh dan ngelmu adalah sama yaitu :
- kebutuhan manusiawi
- keinginan untuk tahu
Sedangkan perbedaannya adalah :
- demi pengetahuan
- demi perlunya
Tetapi dengan berngelmu kita cuma bisa bertujuan demi perlunya. Ilmu filsafat tidak sama dengan ngelmu. Filsafat adalah pikiran yang mendalam tentang jiwa. Ilmu jiwa dan filsafat merup akan pengeterapan indera digolongkan dalam kawruh.
SUMBER :
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan
http://www.membuatblog.web.id/2010/09/arti-pengetahuan-menurut-para-ahli.html
Kamis, 17 Februari 2011
arti dari sistem
Istilah sistem merupakan istilah dari bahasa yunani “system” yang artinya adalah himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk mencapai tujuan bersama.
Sistem menurut para ahli
L. James Havery
Sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
John Mc. Manama
Sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efesien.
C.W. Churchman
Sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk melaksanakan seperangkat tujuan.
J.C.Hinggins
Sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang saling berhubungan.
Edgar F Huse dan James L. Bowdict
Sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang saling berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling pengaruh dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan.
Syarat -syarat sistem :
1. Sistem harus dibentuk untuk menyelesaikan tujuan
2. Elemen sistem harus mempunyai rencana yang ditetapkan
3. Adanya hubungan diantara elemen sistem
4. Unsur dasar dari proses (arus informasi, energi dan material) lebih penting dari pada elemen sistem
5. Tujuan organisasi lebih penting dari pada tujuan elemen
Klasifikasi sistem
Sistem Abstrak dan Sistem Fisik
Sistem abstrak (abstract system) adalah sistem yang berisi gagasan atau konsep, misalnya sistem teologi yang berisi gagasan tentang hubungan manusia dan tuhan. Sedangkan sistem fisik (physical system) adalah sistem yang secara fisik dapat dilihat, misalnya sistem komputer, sistem sekolah, sistem akuntansi dan sistem transportasi.
Sistem Deterministik dan Sistem Probabilistik
Sistem deterministik (deterministic system) adalah suatu sistem yang operasinya dapat diprediksi secara tepat, misalnya sistem komputer. Sedangkan sistem probabilistik (probabilistic system) adalah sistem yang tak dapat diramal dengan pasti karena mengandung unsur probabilitas, misalnya sistem arisan dan sistem sediaan, kebutuhan rata-rata dan waktu untuk memulihkan jumlah sediaan dapat ditentukan tetapi nilai yang tepat sesaat tidak dapat ditentukan dengan pasti.
Sistem Tertutup dan Sistem Terbuka
Sistem tertutup (closed system) adalah sistem yang tidak bertukar materi, informasi, atau energi dengan lingkungan, dengan kata lain sistem ini tidak berinteraksi dan tidak dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya reaksi kimia dalam tabung yang terisolasi. Sedangkan sistem terbuka (open system) adalah sistem yang berhubungan dengan lingkungan dan dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya sistem perusahaan dagang.
Sistem Alamiah dan Sistem Buatan Manusia
Sistem Alamiah (natural system) adalah sistem yang terjadi karena alam, misalnya sistem tata surya. Sedangkan sistem buatan manusia (human made system) adalah sistem yang dibuat oleh manusia,misalnya sistem komputer.
Sistem Sederhana dan Sistem Kompleks
Berdasarkan tingkat kerumitannya, sistem dibedakan menjadi sistem sederhana (misalnya sepeda) dan sistem kompleks (misalnya otak manusia).
Karakteristik
SistemKomponen-komponen
Komponen sistem atau elemen sistem dapat berupa :
Elemen-elemen yang lebih kecil yang disebut sub sistem, misalkan sistem komputer terdiri dari sub sistem perangkat keras, perangkat lunak dan manusia. Elemen-elemen yang lebih besar yang disebut supra sistem. Misalkan bila perangkat keras adalah sistem yang memiliki sub sistem CPU, perangkat I/O dan memori, maka supra sistem perangkat keras adalah sistem komputer.
Batas sistem
Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup dari sistem tersebut.
Lingkungan luar sistem
Lingkungan dari sistem adalah apapun di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut. lingkungan luar yang mengutungkan merupakan energi dari sistem dan dengan demikian harus tetap dijaga dan dipelihara. Sedang lingkungan luar yang merugikan harus ditahan dan dikendalikan, kalau tidak akan mengganggu kelangsungan hidup dari sistem .
Penghubung
Penghubung merupakan media perantara antar subsistem. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem lainnya. Output dari satu subsistem akan menjadi input untuk subsistem yang lainnya dengan melalui penghubung. Dengan penghubung satu subsistem dapat berinteraksi dengan subsistem yang lainnya membentuk satu kesatuan.
Masukkan
Masukan adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa maintenance input dan sinyal input. Maintenance input adalah energi yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Sinyal input adalah energi yang diproses untuk didapatkan keluaran.
Keluaran
Keluaran adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Keluaran dapat merupakan masukan untuk subsistem yang lain atau kepada supra sistem.
Pengolah
Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah atau sistem itu sendiri sebagai pengolahnya. Pengolah yang akan merubah masukan menjadi keluaran. Suatu sistem produksi akan mengolah masukan berupa bahan baku dan bahan-bahan yang lain menjadi keluaran berupa barang jadi.
Sasaran atau tujuan
Suatu sistem pasti mempunyai tujuan atau sasaran. Kalau suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya. Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuannya.
Langganan:
Komentar (Atom)
